Mesin Pesawat Bikin Impor Indonesia pada Juli 2019 Membengkak

Nilai impor Indonesia pada Juli 2019 mencapai USD 15,51 miliar atau naik 34,96 persen dibanding Juni 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Agu 2019, 15:12 WIB
Teknisi tengah melakukan perbaikan pesawat di Hanggar 4 GMF, Tangerang, Jumat (6/11/2015). Untuk mendukung operasional hanggar tersebut dibutuhkan setidaknya ratusan teknisi hingga akhir tahun.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada Juli 2019 mencapai USD 15,51 miliar atau naik 34,96 persen dibanding Juni 2019. Meski demikian, jika dibandingkan Juli 2018 impor periode ini masih turun sebesar 15,21 persen.

"Nilai impor Indonesia pada Juli 2019 mencapai USD 15,51 miliar atau naik 34,96 persen dibanding Juni 2019," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Kamis (15/8/2019).

Impor nonmigas Juli 2019 mencapai USD 13,77 miliar atau naik 40,72 persen dibanding Juni 2019, sebaliknya jika dibandingkan Juli 2018 turun 11,96 persen. Impor migas Juli 2019 mencapai USD 1,75 miliar atau naik 2,04 persen dibanding Juni 2019, namun jika dibandingkan Juli 2018 turun 34,29 persen.

"Peningkatan impor nonmigas terbesar Juli 2019 dibanding Juni 2019 adalah golongan mesin pesawat mekanik sebesar USD 901,6 juta sekitar 52,22 persen, sedangkan penurunan terbesar adalah golongan aluminium sebesar USD 122,0 juta sebesar 43,29 persen," jelasnya.

Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku atau penolong, dan barang modal selama Januari-Juli 2019 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 10,22 persen, 9,55 persen, dan 5,71 persen.

"Nilai impor ketiga golongan penggunaan barang ekonomi Januari-Juli 2019 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun lalu. Barang konsumsi menjadi USD 1,01 miliar, bahan baku penolong USD 7,6 miliar dan barang modal sebesar USD 0,9 miliar," tandasnya.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Neraca Dagang Indonesia Defisit USD 63,5 Juta di Juli 2019

Sebuah Perahu nelayan melintas di dekat kapal yang mengangkut peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2019 defisit sebesar USD 63,5 juta. Defisit tersebut disumbang oleh defisit sektor migas sebesar USD 142,4 juta sedangkan sektor nonmigas surplus USD 78,9 juta.

"Dengan ekspor sebesar USD 15,45 miliar dan impor USD 15,51 miliar, maka defisit sekitar USD 0,06 miliar atau USD 63,5 juta," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Kamis (15/8/2019).

Suhariyanto mengatakan, sepanjang Januari hingga Juli neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar USD 1,9 miliar. Sementara jika dibandingkan tahun lalu defisit menurun karena tahun lalu defisit necara perdagangan Indonesia lebih besar sekitar USD 3,2 miliar. 

"Kalau dibandingkan dengan defisit Januari sampai Juli ini masih mengecil jika dibandingkan dengan 2018 menipis dibanding tahun lalu penyebab utamanya hasil minyak dan minyak mentah," jelas Kepala BPS.

Adapun neraca perdagangan Indonesia masih surplus terhadap Amerika Serikat sebesar USD 5,1 miliar serta kepada India dan juga belanda. Untuk Tiongkok neraca perdagangan Indonesia defisit cukup besar sekitar 11,05 miliar.

"Neraca perdagangan non migas indo masih suprlus ke berbagai negara terhadap AS masih tinggi 5,1 miliar semoga ini tidak diperhatikan Presidennya. Kemudian juga India dan Belanda. Ada juga negara neraca perdagangan kita defisit seperti Australia, Thailand. Tiongkok jadi lebih dalam sekali USD 11,05 miliar dari tahun lalu USD 10,33 miliar," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya