Tak Ingin Tergantung Dana Asing, Menko Darmin Ajak Mahasiswa Menabung

Dengan jumlah dana tabungan yang besar di dalam negeri, maka tak perlu lagi membutuhkan utang atau modal asing untuk pembiayaan pembangunan.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jul 2019, 15:50 WIB
Menko Perekonomian Darmian Nasution saat mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap pertama di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (9/9/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengajak mahasiswa dan anak muda lainnya untuk gemar menabung. Menurutnya, dengan menabung dapat membantu kondisi keuangan negara.

Dia menjelaskan dengan jumlah dana tabungan yang besar di dalam negeri, maka tak perlu lagi membutuhkan utang atau modal asing untuk pembiayaan perekonomian dan pembangunan.

"Misalnya tabungan kita secara nasional Rp 100 triliun tapi perlu membangun dan membutuhkan investasi Rp 110 triliun. Apa yang terjadi? kita harus pinjam dan undang modal asing masuk. Tidak masalah sebenarnya, tapi nombok jadinya. Kalau tidak diimbangi dengan tabungan maka ada banyak ketergantungan kita dengan dana asing," kata dia, dalam acara AKSIMUDA (Aksi Mahasiswa dan Pemuda Indonesia Menabung) 2019, di Auditorium BPPT, Jakarta, Selasa (30/7).

 

Kendati demikian, Darmin Nasution menegaskan bahwasanya dana asing yang masuk ke Indonesia tidak masalah. Namun alangkah baiknya jika tidak lagi menggunakan dana asing.

Namun, dia mengungkapkan jika terlalu banyak modal asing yang masuk di Indonesia maka saat terjadi gejolak global akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebab dana asing cenderung akan kabur saat kondisi ekonomi tak stabil.

"Karena jika dia (dana asing) pergi dan kembali ke negaranya rupiah akan melemah. Adik-adik ini alasan kenapa kita kemudian menghidupkan gerakan menabung lagi. Kalau dulu ada program Tabanas dan Taska, seiring berjalannya waktu dia tidak cukup juga, makanya kita hidupkan kembali," ungkapnya.

Oleh karena itu, Darmin Nasutionmenekanakan dengan menabung maka anak muda sudah turut membantu mempersiapkan agar tidak terlalu tergantung terhadap modal dari luar. Indonesia bisa menyelamatkan diri serta menjaga stabilitas Rupiah dari gejolak keuangan global yang sering kali terjadi.

"Saya kira itu yang ingin saya sampaikan, mudah-mudahan semangat ini bisa ditindaklanjuti dan adik-adik bisa mengajak teman dan sesama remaja untuk menyiapkan Indonesia yang lebih kuat dan Indonesia sejahtera yang tahan goncangan di masa depan," tutupnya.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Menko Darmin Yakin Target Pertumbuhan Ekonomi Bisa Tercapai

Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan bertahan di kisaran 5 persen. Pada tahun ini, pemerintah sendiri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada di angka 5,2 persen, atau meleset dari perkiraan awal 5,3 persen.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap bisa kita pertahankan meningkat terus walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang tidak termasuk tinggi kalau dibandingkan beberapa negara lain," kata Darmin dalam dalam rapat koordinasi nasional Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah di, Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (25/7/2019).

Darmin mengambil contoh, pada tahun lalu atau 2018 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa terjaga di kisaran 5 persen. Padahal kondisi ekonomi pada saat itu tengah dihantam berbagai kondisi eksternal seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

"Pada 2018 pertumbuhan kita 5,17 persen dan pada triwulan I 5,07 persen," imbuhnya.

Pertumbuhan relatif tinggi tersebut diiringi dengan kualitas yang semakin baik, sebagaimana tercermin dari penurunan tingkat kemiskinan, pengangguran, dan penurunan ketimpangan serta penurunan inflasi.

Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR RI dan pemerintah sepakat prognosis semester II 2019 dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan berada di angka 5,2 persen.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penyesuaian angka pertumbuhan ekonomi tersebut dilihat dari sisi permintaan dan produksi. Di mana dari sisi permintaan investasi dan konsumsi masih belum menunjukan hal positif.

3 dari 3 halaman

Syarat Agar Ekonomi Bisa Tumbuh 6 Persen

Menteri Negara PPN/Ka Bappenas Bambang Brodjonegoro saat menjadi pembicara di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Senin (13/5/2019). Diskusi ini membahas tema "Berapa Lama Membangun Ibukota Baru?". (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, pemerintah tengah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk periode 2020-2024. Dalam RPJMN ini, target pertumbuhan ekonomi dipatok sebesar 5,4 persen sampai dengan 6 persen.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan bahwa untuk mengejar target pertumbuhan tersebut ada beberapa hal yang harus didorong. Salah satunya mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur.

"Sektor manufaktur harus bisa tumbuh lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional, itu aja syaratnya karena dia adalah kontributor PDB yang lebih besar hampir 20 persen," ujar Bambang di Jakarta, pada Rabu 24 Juli 2019. 

"Jadi kalau manufaktur tumbuh lebih tinggi daripada nasional, maka dia akan terus mempercepat pertumbuhan ekonomi nasionalnya sendiri," tambahnya.

Bambang melanjutkan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar bisa mencapai hingga 6 persen maka dibutuhkan investasi besar. Paling tidak, investasi tumbuh di angka 7 persen sampai dengan 8 persen.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka diharapkan kemiskinan bisa turun mencapai 6,5 persen di 2024, Kemudian gini rasio ditekan mencapai 0,37 persen serta tingkat pengangguran terbuka juga diharapkan bisa mencapai 4 persen.

"Meskipun saat ini gini rasio bagus, pengangguran menurun, tapi sekarang kita bukan bicara mengenai kecepatan saja, seberapa tuiggi kuta turun dan seberapa cepat kita turun dan seberapa cepat kita naik, itu yang penting untuk 5 tahun ke depan," pungkasnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya