Hanya dari Detak Jantung, Laser Militer AS Bisa Deteksi Manusia di Kejauhan

Pasukan khusus militer Amerika Serikat (AS) memanfaatkan ritme detak jantung manusia sebagai komponen penting untuk mengidentifikasi musuh.

oleh Athika Rahma diperbarui 30 Jun 2019, 17:00 WIB
Ilustrasi laser (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Detak jantung manusia berbeda-beda. Seperti kornea mata atau sidik jari, detak jantung manusia bisa digunakan untuk mengidentifikasi keunikan tiap manusia.

Nampaknya, pemberian istimewa ini dimanfaatkan untuk pasukan khusus militer Amerika Serikat (AS) sebagai komponen penting untuk mengidentifikasi musuh dalam laser rancangan mereka.

Dikutip dari Technology Review, Minggu (30/6/2019), perangkat laser yang disebut Jetson ini bisa bekerja di jarak 200 meter, namun tidak menutup kemungkinan akan lebih lebar dan panjang jika menggunakan perangkat laser inframerah yang lebih baik.

"Saya tidak mau bilang perangkat ini bisa mendeteksi orang hingga luar angkasa, namun jarak deteksi yang lebih panjang harusnya tidak mustahil didapat," ungkap Steward Remaly, salah satu pegawai Combatting Terrorism Technical Support Office Pentagon.

2 dari 2 halaman

Akurat Hingga 95 Persen

Ilustrasi laser. (Guardian)

Teknologi ini sebenarnya telah digunakan dalam identifikasi keamanan. Tim Remaly mengklaim, Jetson bisa mendeteksi sasaran dengan akurasi hingga 95 persen.

Di dunia medis, sensor inframerah sering digunakan untuk merekam denyut nadi pasien secara otomatis. Mereka bekerja dengan mendeteksi perubahan pantulan cahaya inframerah yang disebabkan oleh aliran darah.

Sebaliknya, Jetson menggunakan teknik laser vibrometry untuk mendeteksi pergerakan permukaan yang disebabkan oleh detak jantung.

Sensor ini bisa mendeteksi detak jantung lewat pakaian normal seperti kaos atau jaket, namun tidak akan bekerja jika sasaran menggunakan pakaian yang tebal seperti jaket musim dingin.

Selain militer AS, Wenyao Xu dari State University of New York telah mengembangkan sensor cardiac yang sejenis, namun hanya bekerja sejauh 20 meter dengan menggunakan radar. Dia percaya, sensor cardiac lebih baik daripada facial recognition.

"Dibandingkan dengan deteksi wajah, biometrik cardiac lebih stabil dan memiliki tingkat akurasi hingga 98 persen," ungkapnya.

(Tik/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya