Usai Rusuh 22 Mei, Rupiah Masih Tertekan di Kisaran 14.525 per Dolar AS

Rupiah masih akan terbawa sentimen kerusuhan di beberapa tempat di Jakarta.

oleh Arthur Gideon diperbarui 23 Mei 2019, 11:02 WIB
Petugas melayani nasabah di gerai penukaran mata uang di Ayu Masagung, Jakarta, Senin (13/8). Pada perdagangan jadwal pekan, senin (13/08). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menyentuh posisi tertingginya Rp 14.600. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih bergerak melemah pada perdagangan Kamis pekan ini. Rupiah masih terbawa sentimen kerusuhan di beberapa tempat di Jakarta.

Mengutip Bloomberg, Kamis (23/5/2019), rupiah dibuka di angka 14.521 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.525 per dolar AS. Namun sesaat kemudian, rupiah kembali melemah ke 14.525 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di rentang 14.495 per dolar AS hingga 14.525 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,73 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.513 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.488 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, rupiah masih akan terbawa sentimen kerusuhan di beberapa tempat di Jakarta.

"Kemungkinan rupiah berlanjut melemah dengan kondisi saat ini, ditambah adanya faktor musiman meningkatnya permintaan dolar AS," ujar Lana dikutip dari Antara.

Dari eksternal, Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2019 dari sebelumnya 3,3 persen menjadi 3,2 persen dengan pertimbangan perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang kembali memanas.

Sebelumnya Dana Moneter Internasional (IMF) pada April lalu juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi globalnya sebesar 3,3 persen dari proyeksi Januari 3,5 persen. Sedangkan Bank Dunia pada awal tahun memproyeksi ekonomi global tumbuh 2,9 persen di 2019.

Kendati demikian semua lembaga internasional tersebut masih optimis dengan ekonomi pada tahun 2020 yang diperkirakan membaik dibandingkan tahun 2019, padahal pada tahun 2020 ada potensi ekonomi Amerika Serikat melambat.

OECD berharap Amerika Serikat dan China bisa segera menyelesaikan konflik dagang, yang bisa membantu perbaikan ekonomi dunia ke depan.

"Kemungkinan rupiah melemah menuju kisaran antara Rp14.350 hingga Rp14.550 per dolar AS, meski tetap dalam penjagaan Bank Indonesia," kata Lana.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Massa Aksi 22 Mei di Depan Bawaslu Mulai Bubarkan Diri

Petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) atau Pasukan Oranye membersihkan sisa puing-puing pasca kerusuhan di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta, Kamis (23/5/2019). Kerusuhan massa yang sebelumnya berdemo di depan gedung Bawaslu melebar ke Jalan Wahid Hasyim. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Massa aksi 22 Mei yang melakukan kericuhan di samping Gedung Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, tepatnya di Jalan Wahid Hasyim, Jakarta, Kamis (23/5/2019), mulai membubarkan diri.

Massa berangsur meninggalkan kawasan Jalan Wahid Hasyim setelah kumandang azan Salat Subuh.

Dikutip dari Antara, pada pukul 05.15 WIB, massa aksi 22 Mei yang awalnya berjumlah puluhan orang, kini hanya nampak menyisakan belasan orang, didominasi kalangan remaja.

Sementara sebagian besar massa aksi lainnya terlihat telah meninggalkan jalan Wahid Hasyim, menuju ke arah kawasan Tanah Abang ataupun Jalan Kebon Kacang.

Walaupun hanya menyisakan belasan orang, mereka sesekali masih melakukan tindakan anarkis dengan melempar batu ataupun bom molotov ke arah aparat keamanan, meski intensitasnya telah jauh berkurang dibanding pada saat dini hari tadi.

Aparat keamanan dari satuan Brimob Polri masih terus berjaga dan membentuk barikade, menutup akses jalan Wahid Hasyim pada kedua arahnya.

Sesekali anggota Brimob menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang masih bertahan.

Saat ini suasana mulai berangsur kondusif. Jumlah aparat kepolisian yang membentuk barikade sudah tidak sebanyak sebelumnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya