Sensasi Rujak Ulek Legendaris Mang Ating Garut, Mau Sedang atau Pedas, Geulis?

Dengan bahan dan buah mentah segar, dijamin kuliner rujak ulek Mang Ating asal Garut ini akan bikin ketagihan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 05 Mar 2019, 13:00 WIB
Rujak ulek krincing mang Ating Garut (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - “Krincing krincing krincing...,” terdengar suara kerincing dari alat ulekan rujak milik Amir Hamzah, pedagang rujek ulek legendaris krincing Mang Ating, Garut, Jawa Barat, saat Liputan6.com datang.

Tangan bapak berusia 60 tahun itu terlihat lincah dan lihai mengulek adonan dan bumbu rujak, sambil sesekali keluar candaan khas Sunda kepada pembelinya, di warung dagangannya di Jalan Papandayan Garut itu.

Bade lada atanapi sedeng geulis (Mau pedas atau sedang, cantik),” ujar dia sambil bercanda menyapa menanyakan menu rujak yang dipesan, kepada salah seorang perempuan cantik di sampingnya, yang telah mendapatkan antrean sejak tadi, Senin (4/3/2019).

Jualan rujak uleg krincing Mang Ape, panggilan akrab Amir di kalangan konsumen rujak Garut, memang moncer alias laris. Meskipun jualannya hanya sekitar lima jam dari pukul 11.00-16.30, antrean pembeli rujak tak pernah sepi.

“Kecuali hujan, asal cuaca cerah, alhamdulillah pembeli banyak,” ujarnya bersyukur.

Rujak uleg (ulek) krincing legendaris Mang Ating, Garut, memang sudah dikenal luas. Ape mengenang, pertama kali Ating, sang ayah, berjualan rujak pada dekade 1950-an silam di bilangan Jalan Papandayan.

“Sejak awal memang Babeh (ayah) dikenal jago membuat rujak,” ujarnya bangga.

Salah satu ciri khas rujak ulek krincing Mang Ating, karena penggunaan krincing (lonceng kecil) di atas mutu (alat ulek) rujak yang terbuat dari batang pohon mangga tua tersebut. Dibanding alat ulek lainnya, ulekan rujak Ape memang berbeda.

Ulekan itu berupa bongkahan mutu sebesar biji kelapa lengkap dengan pegangannya. Dengan lihai tangan ape tampak mengulek setiap adonan dan bahan rujak di dalam sebuah coet (cobek) yang terbuat dari batu tua tersebut.

"Coet ini sudah seusia saya (60 tahun) belum pernah diganti," ujar dia menunjukkan salah satu perangkat dagangnya itu.

Sehingga setiap pembeli yang menunggu, tidak bosan melihat kelihaian tangan ulek mang Ape, saat mencampurkan bumbu rujak.

“Kalau enggak pakai krincing sepi, makanya pakai krincing agar semangat, pemikat saja buat pembeli agar senang,” ujar Ape sambil tersenyum hangat, membuka sedikit rahasia penggunaan krincing di alat uleknya.   

Namun, dandanan ulekan yang tidak biasa milik Ape terbayar dengan rasa maknyus rujak ulekan yang dihasilkannya. Rasa pedas menggigit, plus manis yang tercampur di dalamnya, seolah mampu membuat lidah Anda meler, di saat panas matahari menyengat siang hari.

“Seger, jadi cenghar (melek) lagi, apalagi saat lelah siang hari seperti ini,” ujar Tahyo,  salah seorang anggota TNI yang tengah antre membeli rujak ulekan krincing Mang Ating.

Menurut salah seorang anggota Satgas Citarum tersebut, kombinasi lengkap buah-buahan mentah nan segar, seperti mangga, limus,  jambu, kedondong, pepaya, ubi jalar, bengkuang, hingga nanas yang tersaji di dalamnya, berpadu dengan adonan pedas manis rujak Mang Ating.

“Enak saja, silakan mencoba,” ujar dia menawari Liputan6.com.

Bagi masyarakat Garut, keberadaan rujak ulek Mang Ating memang berkah tersendiri, kehadiran kuliner tradisional khas masyarakat Sunda ini, seakan menjadi pelengkap untuk mencairkan suasana, terutama saat kondisi panas terik matahari melanda.

Pokona lamun panas ngarujak pas deh (Pokoknya jika suasana panas ya ngerujak),” ujar Iwan, pembeli lainnya yang tengah menyantap rujak ulek krincing Mang Ating di pojok bawah pohon mangga yang memayungi roda dagangan rujak.

 

2 dari 2 halaman

Cerita Sensasional Rujak Ulek

Nampak adonan rujak Ulek Kricing Legendaris Mang Ating tengah diolah (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Ape mengenang, banyak cerita warga atau pembeli setelah merasakan sensasi rujak ulek krincing Mang Ating. Mereka biasanya ketagihan dan kadang menjadi langganan tetap, sesaat merasakan kenikmatan rujak ulek yang satu ini.

“Ada yang sakit flu berat dari rumah sakit umum, sengaja beli rujak, eh besoknya sembuh,” ujarnya.

Tak mengherankan, dalam perjalanan selanjutnya, rujak ulek krincing selalu menyimpan cerita unik di dalamnya. Mulai pemecah suasana siang hari, penyembuh flu berat, hingga dijadikan oleh-oleh untuk dibawa ke luar kota, saat bepergian jauh.

“Dulu ada pejabat dari Jakarta sengaja memesan rujak Babeh (Ating) untuk dibawa oleh-oleh ke Filipina,” ujarnya.

Ape bersyukur warisan dagang dan menu rujak ulek krincing yang diwariskan orang tuanya sejak 2009 itu tetap hidup di tangannya. Rujak Mang Ating memiliki penggemar fanatik hingga kini, bahkan tak jarang para pemudik yang melintasi Garut sengaja memutar arah menuju jalan Papandayan, hanya untuk mencicipi rujak ulek krincing Mang Ating.

“Katanya beda saja. Alhamdulillah rasanya tidak berubah,” ujar Ape kembali meyakinkan akan rasa khas rujak ulekannya.

Menurut dia, komitmen kuat untuk mempertahankan rasa rujak ulek krincing merupakan salah satu trik agar mampu memikat pembeli, sehingga seluruh bahan adonan, termasuk buah mentah yang disajikan, dalam keadaan segar.

“Kalau ada bahan yang kurang, saya lebih baik kesingan (mencari bahan) untuk berjualan, daripada seadanya, nanti pembeli menjadi kecewa,” ujarnya, membuka strategi bisnis yang ia jalankan selama ini.

Hasilnya bisa dilihat saat ini. Meskipun sudah berganti generasi dari Ating, sang ayah yang dilanjutkan dirinya saat ini, para pembeli yang sudah fanatik dengan rasa rujak ulekannya, hingga kini tak berkurang.

“Sebagian besar pembeli saat menanyakan ke mana Bapak, padahal sudah meninggal 10 tahun lalu,” ujarnya.

Untuk itu, ia pun akan melakukan segara upaya dalam mempertahankan rasa dan kualitas rujak ulek olahannya, agar tetap dinikmati pembeli.

“Bagi kami pembeli adalah raja, jadi kami berikan servis yang terbaik,” ujar dia bangga sambil menunjukkan jari tangan kepada para pembelinya yang tengah menunggu.

Kalau Anda melintasi Garut saat bepergian jauh, tak ada salahnya mencicipi rujak ulek krincing Mang Ating yang satu ini. Dengan harga hanya Rp 10 ribu per porsi, dijamin Anda kembali segar. “Kami pun melayani pesanan,” ujar Deti, sang istri yang ikut mendampingi jualan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya