Menristekdikti: Semua PTNBH Ditargetkan Masuk 500 Besar Dunia

Baru 3 PTNBH di Indonesia yang masuk ke ranking 500 dunia menurut QS World Ranking. Yaitu, UI pada ranking 292, ITB pada ranking 359, dan UGM pada ranking 391.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 19 Feb 2019, 15:31 WIB
Menristekdikti Mohamad Nasir (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) di Indonesia ditargetkan mencapai ranking 500 dunia. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan, ia sudah memiliki strategi untuk memacu sebelas PTNBH di Indonesia untuk masuk ranking 500 besar dunia.

Hal ini termasuk kebijakan anggaran, kebijakan riset dan inovasi, serta peningkatan kualitas dan kuantitas doktor dan guru besar.

"Saya sudah mengajukan dan Bapak Presiden setujui ke depan PTNBH kami dorong masuk ke kelas dunia. Di antaranya, kami mencoba membuat skema tiga perguruan tinggi yang masuk 300 besar ini kita dorong masuk 200 besar. Yang lainnya kira-kira bisa masuk 200-300 berapa, kita petakan. Yang masuk 400 sampai 500 berapa," ungkap Menteri Nasir melalui keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Senin (18/2/2019).

Saat ini, baru 3 PTNBH di Indonesia yang masuk ke ranking 500 dunia menurut QS World Ranking. Yaitu, Universitas Indonesia (UI) pada ranking 292, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada ranking 359, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) pada ranking 391.

Nasir pun fokus untuk memberikan keleluasaan anggaran kepada PTNBH agar dapat mengalokasikan dana untuk aktivitas yang meningkatkan kompetensi dosen. Yaitu melalui penelitian, publikasi ilmiah, dan hilirisasi inovasi.

"Sekarang apabila PTNBH menerima dana dari pemerintah, dalam hal ini APBN, harus dipertanggungjawabkan sesuai keuangan negara, padahal fleksibilitas PTNBH dituntut. Ini yang saya sampaikan ke Kementerian Keuangan," tuturnya.

Saat ini, anggaran yang diberikan kepada setiap PTNBH berbeda sesuai target dari setiap PTNBH dalam ranking dunia. Nasir juga menargetkan setiap PTNBH di Indonesia membuat rencana riset yang spesifik dan sesuai kebutuhan serta kemampuan, mengikuti Rencana Induk Riset Nasional (RIRN).

Kemenristekdikti pun turut mendorong sebelas PTNBH tersebut untuk tidak menghambat dosen muda untuk menjadi doktor dan guru besar (profesor) agar jumlahnya meningkat. 

Dengan peningkatan tersebut, diharapkan kompetensi PTNBH meningkat. "Idealnya yang namanya dosen itu guru besar, tapi jumlahnya terbatas. Paling tidak doktornya 80 persen. Apakah PTNBH sudah 80 persen? Belum, masih ada yang S2. Kalau sudah 100 doktor itu bagus. Guru besarnya paling tidak 50 persen," jelas Nasir.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Beri Fasilitas

Kemenristekdikti saat ini memberikan beberapa fasilitas agar semakin banyak dosen menjadi doktor dan guru besar, termasuk Beasiswa untuk Dosen Indonesia (BUDI) dan mempermudah doktor mempublikasi hasil penelitiannya.

Publikasi ilmiah ini termasuk persyaratan seorang doktor menjadi guru besar.

"Bagaimana mereka didorong bisa (menjadi) guru besar, yaitu dengan meningkatkan publikasi. Publikasi perlu biaya, bagaimana skema biaya publikasi, skema untuk menjadi guru besar kita fasilitasi, bukan syarat guru besarnya dipermudah," tukas Nasir.

Pengembangan 11 PTNBH menuju world class universities (WCU) ini mendukung program Pemerintah yang pada 2019 berfokus pada pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

11 PTNBH ini diharapkan dapat menjadi acuan dan motivasi bagi 4.570 perguruan tinggi di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kualitasnya. PTNBH juga memiliki peran besar meningkatkan jumlah Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi Indonesia karena mampu menampung 20 hingga 40 ribu mahasiswa aktif dari berbagai angkatan.

PTNBH berdasarkan urutan penetapannya mencakup Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Airlangga, Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Hasanuddin (Unhas), serta Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya