Menangkal Teror 2 Sungai di Wilayah Cilacap Barat

Dua sungai di wilayah Cilacap barat, Cikawung dan Cikalong, nyaris selalu menyebabkan banjir tiap tahun di Kecamatan Majenang dan Wanareja

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 14 Feb 2019, 21:00 WIB
Banjir merendam tiga dusun di Desa Bantar, Wanareja, Cilacap. (Foto: Liputan6.com/BPBD Cilacap/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Akhir dasarian pertama Januari 2019 ditandai dengan hujan ekstrem di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Berhari-hari sebelumnya, hujan lebat turun nyaris tiap hari.

Puncaknya, banjir dan longsor melanda sejumlah wilayah kabupaten pesisir selatan yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat ini. Bencana alam ringan hingga berdampak berat terjadi, terutama di sisi barat kabupaten.

Di Sadabumi, Kecamatan Majenang, gerakan tanah menyebabkan gedung sekolah, PAUD dan musala rusak. Sebanyak 16 rumah longsoran. Tembok retak, pondasi terangkat dan bergeser.

Seluruh siswa diliburkan dan mesti mencari lokasi lain untuk belajar mengajar. Longsor juga terjadi mulai dari desa-desa di Kecamatan Karangpucung, Cimanggu, Wanareja, dan Dayeuhluhur.

Adapun banjir, melanda dua wilayah, yakni Kecamatan Cimanggu, Majenang dan Wanareja. Dua desa yang terdampak paling parah adalah Desa Mulyasari Kecamatan Majenang dan Desa Bantar Kecamatan Wanareja.

Di Mulyasari, sebanyak 92 rumah terendam banjir dengan ratusan rumah lain yang terdampak. 51 hektare sawah juga terendam banjir. Desa ini dilanda banjir lantaran jebolnya empat titik tanggul Sungai Cikalong.

Serupa dengan Mulyasari, di Desa Bantar Kecamata Wanareja, puluhan rumah terendam. Puluhan hektare sawah dan ladang yang ditanami beragam tanaman juga terendam. Beberapa di antaranya, langsung rusak lantaran limpasan air.

Banjir disebabkan jebolnya tanggul Sungai Cikawung,” ucap Staf UPT BPBD Majenang, Muhadi.

saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

2 Sungai Langganan Penyebab Banjir

Banjir menyebabkan tanggul Sungai Cikalong jebol dan menyebabkan banjir di Desa Mulyasari. (Foto: Liputan6.com/BPBD Cilacap/Muhamad Ridlo)

Banjir di Mulyasari dan Bantar bukan lah hal baru. Nyaris tiap tahun dua desa ini dilanda banjir. Boleh dibilang, banjir adalah langganan tiap musim penghujan.

Penyebabnya sama, tanggul jebol atau meluapnya dua sungai ini. Bagi warga, sungai yang mengalir di desanya itu bak teror abadi yang tiap saat mengancam dengan air bahnya yang siap melalap apa yan dilewatinya.

Karenanya, untuk menangani dampak lanjutan akibat jebolnya tanggul, warga bersama BPBD dan unsur lainnya mulai menutup tanggul jebol dengan material seadanya. Karung pasir diperkuat dengan pancang bambu dipasang untuk menutup tanggul yang jebol.

“Penguatan tanggul itu kerja bakti, sementara ini tanggap darurat ya pakai kandi, diisi pasir tanah. Nanti sambil menunggu anggaran definitif, paling baru permanen,” ucap Kepala UPT BPBD Majenang, Edi Sapto Prihono, Rabu, 13 Januari 2019.

Namun Edi pun mengakui, penutupan tanggul denga karung ini tak bisa maksimal. Sebab, lokasi jebolan tanggul di Desa Mulyasari berada di area persawahan. Akibatnya, relawan kekurangan material pengisi karung.

“Ini ada empat titik, masing-masing tujuh-delapan meter lah. Nah ini, makanya secepatnya, kita survei, terus nanti material apa saja yang dibutuhkan,” dia menerangkan.

BPBD Cilacap dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy tengah mengkaji untuk mendatangkan alat berat. Namun, kesulitannya, alat berat harus melewati area persawahan.

Selain itu, penutupan tanggul dengan urukan tanah diperkirakan tak bisa bertahan lama mempertimbangkan kuatnya arus. BPBD Cilacap juga masih menunggu langkah BBWS Citanduy untuk memperbaiki tanggul sungai.

“Kewenangan penuhnya ada di BBWS Citanduy,” dia menambahkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya