Menteri Yohana Sambangi Pengungsi Anak dan Perempuan Korban Tsunami

Menteri Yohana menilai, para pengungsi korban tsunami telah ditangani dengan cukup baik serta hak-hak anak-anak dan perempuan juga terpenuhi.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Des 2018, 20:32 WIB
Kendaraan melintas di antara puing-puing setelah tsunami menerjang kawasan Anyer, Banten, Minggu (23/12). Tsunami menerjang pantai di Selat Sunda, khususnya di daerah Pandenglang, Lampung Selatan, dan Serang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Pandeglang - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise mengunjungi pengungsi anak dan perempuan korban tsunami Selat Sunda di Posko GOR Margono, Kecamatan Labuan dan Posko Kecamatan Jiput, Kabupaten Pandeglang.

"Kami berharap warga yang ditimpa musibah tsunami bersabar dan tabah," kata Yohana di Labuan, Pandeglang, Banten, Kamis (27/12/2018) seperti dilansir Antara.

Kunjungan Yohana ke pengungsian anak dan perempuan di Kabupaten Pandeglang untuk memastikan langsung penanganan perempuan dan anak yang menjadi korban tsunami.

Menteri PPPA juga menyalurkan bantuan berupa pakaian layak pakai untuk perempuan dan anak, perlengkapan mandi dan selimut.

Selain itu juga memberikan bantuan pembalut dan popok bayi, susu untuk bayi, ibu hamil, dan ibu menyusui juga permainan anak dan bingkisan makanan.

Menteri Yohana menilai, para pengungsi korban tsunami telah ditangani dengan cukup baik serta hak-hak anak-anak dan perempuan juga terpenuhi.

Bahkan, Menteri Yohana mengapresiasi banyaknya relawan yang membantu korban untuk memberikan terapi psikologis dengan melakukan permainan dan bernyanyi, sehingga bisa menghilangkan rasa trauma pasca-tsunami.

"Kita harus melindungi anak-anak dan perempuan agar tidak menimbulkan rasa ketakutan," ujar Yohana.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Terhibur

Sejumlah anak dan perempuan di Posko GOR Labuan mengatakan bahwa mereka merasa sangat senang kedatangan Menteri PPPA,selain memberikan bantuan juga menghibur dan memberian semangat.

"Kita sebagai masyarakat tentu merasa bahagia dikunjungi pejabat negara," kata Ibu Cicih (35) sambil menggendong anaknya.

Cicih mengatakan, dirinya selama lima hari tinggal di pengungsian terpenuhi kebutuhan bahan pokok juga aneka makanan sehingga tidak terancam kelaparan.

Disamping itu juga anak-anak bisa bermain,sehingga cukup menyenangkan tinggal di pengungsian.

"Kami baru berani kembali ke rumah setelah dinyatakan aman dari ancaman bencana tsunami," kata warga Teluk Kecamatan Labuan sambil menyatakan kediamannya hanya hanya berjarak 150 meter dari pantai.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya