Gelombang Tinggi Dikira Tsunami, Warga Serang Mengungsi ke Gunung

Gelombang tinggi menerjang kawasan Pantai Anyer dan Carita. BMKG memastikan gelombang tinggi tersebut bukanlah tsunami.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 22 Des 2018, 23:31 WIB
Generasi Pesona Indonesia (GenPI) ini bakal menjadi andalan Pemerintah Provinsi Banten untuk mempromosikan wisata yang dimiliki Banten.

Liputan6.com, Serang - Gelombang tinggi menerjang kawasan Pantai Anyer dan Carita. Masyarakat di Kecamatan Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Banten, yang mengira gelombang tinggi tersebut adalah tsunami, langsung mengungsi ke dataran tinggi dan bangunan bertingkat. 

"Warga sini pada ngungsi. Naik ke tempat tinggi," kata Tika, warga Pulo Ampel, Kabupaten Serang, Banten, melalui Sabungan selulernya, Sabtu (22/12/2018).

Wanita berkacamata ini bercerita, keluarganya yang berada di Anyer pun ikut mengungsi ke gunung dekat rumahnya.

"Bu De ku juga ikut ngungsi sama tetangga rumah nya. Soalnya kan ada isu tsunami," terangnya.

Wanita berjilbab asli Ngawi, Jawa Timur (Jatim) ini menceritakan kalau, keluarganya di Anyer, Kabupaten Serang, Banten, saat ini sedang panik. Mereka khawatir benar terjadinya tsunami, padahal BMKG telah memastikan tidak ada tsunami yang terjadi di Banten.

"Iyah, pada panik. Ada juga yang ngungsi ke masjid-masjid," ujarnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

BMKG Pastikan Bukan Tsunami

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Klas I Serang memastikan tidak ada tsunami yang menghantam kawasan Pantai Anyer, Banten. Yang sebenarnya terjadi adalah terjangan ombak tinggi.

"Tsunami itu kan di dahului gempa bumi. Ini tidak ada gempa bumi. Itu hanya ombak tinggi," kata Riyadi, petugas Observatori dari BMKG Klas I Serang, melalui sambungan selulernya, Sabtu (22/12/2018).

Dia menjelaskan, gelombang tinggi yang terjadi di Pantai Anyer, Carita, dan sekitar Banten, dipengaruhi fenomena bulan purnama.

"Itu hanya fenomena bulan. Tidak ada tsunami," tegasnya. 2 dari 3 halaman Jangan Mudah PercayaRiyadi pun meminta masyarakat tidak mudah percaya akan isu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Pihaknya meminta masyarakat tetap mengecek kebenaran melalui website resmi BMKG yang selalu diperbaharui. "Kalau omongan dari omongan itu kan tidak jelas. Saya juga minta media meluruskan informasi yang tidak benar itu," jelasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya