Nasib Anak-Anak Perempuan Papua, Terpaksa Putus Sekolah demi Bekerja

Anak-anak perempuan Papua di bawah 15 tahun berperan aktif menggerakkan roda perekonomian keluarga, tapi masa depan mereka terenggut.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 17 Nov 2018, 09:00 WIB
Seorang ibu dan anaknya duduk di bawah Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) di Distrik Puldama, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua. LTSHE bisa dinyalakan secara manual lewat tombol di lampu atau dengan remote control. (Liputan6.com/HO/Hadi M Juraid)

Liputan6.com, Malang, Di Provinsi Papua, kategori penduduk usia produktif pada pria dalam rentang 15-64 tahun sementara wanita berusia di bawah 15 tahun. Dari data ini, terlihat jelas anak-anak dan remaja perempuan berkontribusi meningkatkan ekonomi Papua. Rentang penduduk usia produktif di Papua ini menurut laporan situasi kependudukan Papua, Gross Domestic Product of Papua.

Pertumbuhan ekonomi Papua meningkat meskipun angka kemiskinan di Papua 2018 hanya turun 0,02 persen dari 2017. Data Badan Pusat Statistik Papua menunjukkan, persentase penduduk miskin di Papua dalam kurun waktu enam bulan terakhir mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 0,02 persen. Angka kemiskinan dari September 2017 sebesar 27,76 persen, turun menjadi 27,74 persen pada Maret 2018.

Komposisi penduduk dan rentang usia memainkan peran penting dalam status ekonomi Papua. Saat memaparkan hasil penelitian di Konferensi Internasional Dua Tahunan Asia Tenggara mengenai Kependudukan dan Kesehatan 2018, Diah Wahyuni dari Badan Pusat Statistik Papua menyampaikan, selama tiga tahun terakhir ini, Papua mengalami transisi demografi.

Transisi demografi merupakan istilah yang mengacu kepada transisi (perubahan) dari tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi menjadi rendah karena ekonomi suatu negara atau wilayah berkembang. Transisi yang ada di Papua menunjukkan, ada peningkatan pada populasi dan ekonomi orang Papua.

“Papua itu unik. Populasi penduduk di Papua mengalami peningkatan. Tidak hanya ekonomi, tapi kualitas gender juga memengaruhi ekonomi. Papua berperan besar dalam sumber pendapatan negara,” kata Diah saat ditemui di di Shinghasari Resort, Kota Batu, Malang, Jawa Timur pada Kamis, 8 November 2018.

Pertumbuhan ekonomi naik 2 persen. Kenaikan ini tak lepas dari peran keterampilan wanita Papua yang ikut bekerja demi menambah pendapatan.

 

 

Saksikan video menarik berikut ini:

2 dari 2 halaman

Putus sekolah demi bekerja

Seorang warga Papua. (Liputan6.com/HO/Hadi M Djuraid)

Diah menekankan, anak-anak Papua yang berada di bawah usia 15 tahun berperan menambah pendapatan, tapi masa depan mereka menjadi pertimbangan yang harus dipikirkan bersama. Kebanyakan anak-anak perempuan yang bekerja itu putus sekolah. Mereka hanya bersekolah sampai tingkat SD saja.

“Mereka cenderung putus sekolah. Putus sekolah di SD. Lalu membantu orangtua bekerja. Dalam bidang ekonomi sangat bagus (meningkatkan pendapatan), tapi tidak baik untuk masa depan mereka,” tambah Diah, yang memaparkan hasil penelitiannya berjudul The Effect of Demographic Transition on The Economic in Papua.

Lain halnya dengan anak lelaki, yang masih bisa meneruskan sekolah sampai ke jenjang lebih tinggi. Adanya fenomena tersebut, Diah menyuarakan, anak-anak perempuan Papua berhak mendapatkan pendidikan terbaik. Mereka layak menempuh pendidikan.

“Seharusnya mereka diberikan pendidikan terbaik, yakni pendidikan dasar 9 tahun (untuk tetap bersekolah SD-SMA). Yang pasti berikan best education (pendidikan terbaik) itu 9 tahun,” saran Diah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya