BMKG Bekali Peserta Kapal Pemuda Nusantara 2018 Materi Gempa dan Tsunami

Sebelum berangkat ke Palu, Donggala, Sulawesi Tengah, Seluruh Peserta KPN 2018 dibekali ilmu dan materi terkait gempa dan tsunami oleh perwakilan BMKG

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Nov 2018, 09:00 WIB
Peserta Kapal Pemuda Nusantara 2018 pun Dibekali Ilmu Terkait Tsunami dan Gempa Oleh Badan Meterorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) (Muhammad Radityo Priyasmoro/Liputan6.com)

 

Liputan6.com, Jakarta Gempa bumi dan tsunami yang meluluh lantak Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu, menjadi konsen peserta Kapal Pemuda Nusantara (KPN) 2018 untuk berlayar menuju Palu, Donggala, dan Sigi untuk aksi kemanusiaan.

Sebelum terjun ke lapangan, Kementerian Pemuda Olahraga sebagai panitia penyelenggara memberi asupan materi yang disampaikan oleh perwakilan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG).

"Materi disosialisaaikan ke KPN 2018 ini sangat strategis karena materi yang saya sampaikan ini terkait potensi gempa bumi, peringatan tsunami di Indonesia dan mitigasi karena adik-adik ini harus memahamai wilayah rawan gempa dan tsunami," kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, belum lama ini.

 

 

2 dari 2 halaman

Enam Zona Tumpukan Lempeng

Dua Orang Peserta Kapal Pemuda Nusantara 2018, Arif (NTB) dan Stefani (Maluku) Mengaku Mendapat Ilmu dan Wawasan Baru Terkait Penanganan Gempa dan Tsunami (Muhammad Radityo Priyasmoro/Liputan6.com)

Kepada peserta KPN 2018, Daryono menerangkan bahwa Indonesia memiliki enam zona tumpukan lempeng dan 295 sesar aktif sebagai generator dan pembangkit gempa potensial.

"Jadi generasi muda harus mengetahui ini, ini sangat penting betapa potensi gempa tsunami sangat besar dan bagaimana memitagasinya," kata dia menjelaskan.

Kepada Liputan6.com, dua peserta Kapal Pemuda Nusantara 2018, Arif dari NTB dan Stefani dari Maluku mengapresiasi materi dipaparkan BMKG. Menurut mereka, semua hal diserap merupakan hal baru yang menjadikan lebih waspada lagi, tentunya mengerti cara memitigasi.

"Ini infomrasi baru, hal menjadi titik fokus adalah daerah tak pernah kami anggap ada gempa itu jangan anggap aman, malah itu jauh lebih berbahaya dan berpotensi," kata cowok 24 tahun yang berprofesi sebagai guru SD Islam Al-Hilmi , Dompu, NTB.

"Saya bersyukur karena menambah wawasan dan tahu apa yang kita lakukan dengan menanam pohon, dan membangun sosialisasi dengan perangkat desa seperti menanam magrove," kata Stefani, 22, mahasiswi Universitas Patimura dan seorang pemerhati pendidikan ini.

Reporter : Muhammad Radityo Priyasmoro

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya