Bisnis Ritel Bakal Tetap Tumbuh di Indonesia

Bisnis ritel di Indonesia masih akan tetap tumbuh meskipun dibayangi oleh perdagangan elektronik atau e-commerce.

oleh Merdeka.com diperbarui 30 Okt 2018, 21:12 WIB
Suasana di pusat perbelanjaan di Tangerang, Banten, (16/12). Aturan pencantuman tersebut selain bagi importir atau produsen, juga diwajibkan bagi pedagang pengumpul. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi Universitas Gadjah Mada, Hargo Utomo, menyatakan bisnis ritel di Indonesia masih akan tetap tumbuh meskipun dibayangi oleh perdagangan elektronik atau e-commerce.

Dia menuturkan, industri ritel merupakan ujung dari pemasaran produk. "Ritel tidak akan pernah mati dan akan bertahan selamanya karena proses akhir dari sebuah bisnis. Perilaku shopping tidak bisa dihapus karena keberadaan gagdet," ujar dia dalam sebuah diskusi yang digelar di Jakarta, Selasa (30/10/2018).

Hargo menyebut, industri ritel konvensional telah memiliki strategi menghadapi e-commerce dengan menggabungkan pemasaran offline dan online. Sementara offline menurut dia, tidak bisa ditinggal konsumen karena bersifat hiburan.

Bahkan, isu disrupsi pun kata Hargo tidak menjadi momok menakutkan bagi pemain industri ritel. Sebab, era disrupsi sekarang juga bisa menguntungkan.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 2 halaman

Era Digital, Perusahaan Ritel Dituntut Ikuti Perkembangan

Ilustrasi Orang belanja online (iStockPhoto)

Sementara itu, Vice President Corporate Communication Transmart Carrefour, Satria Hamid, menilai perkembangan teknologi saat ini tidak berpengaruh besar terhadap bisnis ritel. Sebab bisnis ritel masih tetap dibutuhkan, hanya saja pelaku usaha dituntut untuk lebih berkembang dan perlu inovatif.

"Kami melihat (era digital) bisa menjadi evolusi di mana mau tidak mau kita harus mengikuti zaman. Kita formulasikan untuk terus bagaimana kita tetap menjadi pilihan. Kita memanfaatkan digitalisasi sarana promosi, kita menggunan sosmed (sosial media) testimoni," kata Satria.

Satria menyatakan transaksi yang terjadi di Transmart pun 90 persen masih dilakukan secara online. Sementara baru 10 persen yang dilakukan secara online. Hal itu dikarenakan perusahaan masih ingin menjaga permintaan pasar yang mayoritas masih melakukan transaksi dengan cara offline.

"Kami berupaya menjaga experice konsumen saat berbelanja offline ritel, dan kerjasama dengan pemasok, seperti memberikan diskon-diskon" lanjutnya.

Wakil Ketua Umum Bidang Penelitian dan Standarisasi Indonesia E-Commerce, Sofian Lusa, menambahkan perusahaan yang bergerak di bidang ritel mau tidak mau harus tetap mengikuti tren perkembangan teknologi. Sebab, ke depan industri akan semakin pesat dengan teknologi.

"Mereka (perusahaan ritel) harus adopsi meski tidak 100 persen, literasi terhadap teknologi digital perlu terus ikuti," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya