Menlu Arab Saudi: Respons Dunia Atas Kematian Jamal Khashoggi Berlebihan

Arab Saudi menilai respons dunia terhadap kasus pembunuhan Jamal Khashoggi terlalu berlebihan, dan jauh dari konteks yang sebenarnya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 28 Okt 2018, 13:03 WIB
Jamal Khashoggi, sosok wartawan Arab Saudi yang tewas di konsulat negaranya di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018 (AP)

Liputan6.com, Riyadh - Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan bahwa kecaman global dan fokus media terhadap pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi terlalu berlebihan, sehingga menyudutkan Riyadh sebagai pihak yang paling disalahkan.

Jamal Khashoggi, kolumnis the Washington Post yang mengkritik putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, dibunuh oleh agen Saudi di konsulat kerajaan di Istanbul pada 2 Oktober.

"Masalah ini telah menjadi cukup berlebihan," kata Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir, sebagaimana dikutip dari news.com.au pada Minggu (28/10/2018).

"Saya pikir orang-orang telah menyalahkan Arab Saudi dengan sangat yakin, sebelum penyelidikan selesai," lanjutnya kecewa.

Beberapa dari mereka yang terlibat dalam pembunuhan Jamal Khashoggi diduga dekat dengan Mohammed bin Salman, yang merupakan calon pewaris Kerajaan Arab Saudi.

Kutukan MBS --julukan akrab sang putra mahkota-- sebagai tindakan "keji dan menyakitkan", sejauh ini gagal meredakan kecurigaan bahwa operasi tingkat tinggi seperti itu bisa dilakukan tanpa sepengetahuannya.

Al-Jubeir berbicara tentang sikap skeptis di sekitar dugaan keterlibatan putra mahkota. Dia berbicara sebagai tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan dari wartawan Barat pada konferensi tahunan pejabat internasional, termasuk Menteri Pertahanan AS James Mattis, di Bahrain.

"Kami telah menjelaskan bahwa kami akan melakukan penyelidikan yang lengkap dan transparan, dan hasilnya akan dirilis dengan terbuka. Kami telah membuatnya sangat jelas bahwa mereka yang bertanggung jawab akan mendapat tindakan yang setimpal," katanya.

"Kami mencoba mengungkap apa yang terjadi. Kami tahu bahwa kesalahan telah dilakukan. Kami tahu bahwa orang-orang melampaui otoritas mereka, dan kami tahu bahwa kami sedang menginvestigasi mereka," lanjutnya, seraya menyebut bahwa Riyadh telah memastikan cacat minimal dalam penyelidikan terkait.

Namun dia memperingatkan bahwa penyelidikan terhadap Jamal Khashoggii membutuhkan waktu. 

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Turki Mendesak Arab Saudi Bersikap Transparan

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (AP/Yasin Bulbul)

Di lain pihak, pemerintah Turki menuduh 15 anggota regu algojo dikirim ke Istanbul untuk membunuh Jamal Khashoffi, satu-satunya orang Saudi yang menjadi pengkritik vokal Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam kolom yang dilansir The Washington Post.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan tiga orang lain dalam kelompok 18 yang telah ditahan di Arab Saudi adalah pegawai konsulat.

Arab Saudi mengatakan lima pejabat, termasuk dua orang yang bekerja langsung di bawah putra mahkota, telah dibebastugaskan dari jabatan mereka. Al-Jubeir pada Sabtu 27 Oktober, mengatakan enam di antaranya resmi diberhentikan.

Raja Salman telah menugaskan MBS untuk mengawasi restrukturisasi badan intelijen kerajaan setelah kasus pembunuhan Khashoggi.

Erdogan mengatakan bahwa Turki akan mengungkapkan lebih banyak bukti tentang pembunuhan tetapi tidak terburu-buru untuk melakukannya.

Hal di atas menunjukkan bahwa pihak berwenang Turki akan secara metodis meningkatkan tekanan pada Arab Saudi, bahkan ketika kerajaan memberi pernyataan mengambang yang bertentangan dalam "upaya sia-sia untuk mengakhiri krisis".

Setelah tiga pekan mengaku tidak tahu menahu tentang menghilangnya Jamal Khashoggi, Arab Saudi kemudian mengakui hal itu "direncanakan," mengutip bukti dari pejabat Turki yang menyelidiki kasus terkait.

Turki meminta agar Arab Saudi menyerahkan para tersangka pembunuhan, di mana Riyadh menggambarkannya sebagai operasi jahat oleh pejabat, yang mungkin telah melampaui perintah atau otoritas mereka.

Sementara itu, Direktur CIA Gina Haspel, yang berada di Turki pada awal pekan ini untuk meninjau bukti, memberi penjelasan kepada Presiden AS Donald Trump di Washington pada hari Kamis.

Jaksa kepala Arab Saudi akan tiba di Turki pada hari Minggu sebagai bagian dari penyelidikan dan akan bertemu dengan mitra setempat, sebut Erdogan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya