Mendag Yakin Target Pertumbuhan Ekspor 11 Persen Bisa Tercapai

Pemerintah akan menjalin kerja sama dagang dengan berbagai pihak untuk menyokong target ekspor.

oleh Bawono Yadika diperbarui 18 Okt 2018, 16:46 WIB
Mendag Enggartiasto Lukita saat pemotretan dalam kunjungannya ke Kantor Liputan6 di SCTV Tower, Jakarta (4/5). Enggartiasto tercatat pernah memegang jabatan antara lain Ketum Real Estate Indonesia (REI), periode 1992-1995. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengaku yakin target pertumbuhan ekspor 11 persen di 2018 bisa tercapai. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mematok target pertumbuhan ekspor pada tahun ini di kisaran 5-7 persen tetapi kemudian direvisi menjadi 11 persen.

"Dibandingkan bulan lalu turun tapi tahun ini kita naik. Sekarang sudah 9 persen," tuturnya saat ditemui di Bandung, Kamis (18/10/2018).

Enggartiasto melanjutkan, pemerintah akan terus mengupayakan agar pertumbuhan ekspor 11 persen itu tercapai dalam kurun waktu 2 bulan yaitu November dan Desermber 2018.

"Sekarang kan sudah 9 persen. Saya harus kejar 10 sampai 11 persen. Ya kami coba kejarlah," jelasnya.

Pemerintah akan menjalin kerja sama dagang dengan berbagai pihak untuk menyokong target ekspor. Kerja sama perdagangan di sejumlah negara berperan besar untuk mendorong target pertumbuhan ekspor RI.

"Seperti kerja sama ekonomi Indonesia-Uni Eropa (Indonesia-EU CEPA), Indonesia-Australia CEPA, dan perjanjian perdagangan bebas dengan asosiasi perdagangan bebas Eropa (European Free Trade Area/EFTA). Perjanjian tersebut baru bisa dirasakan dampaknya di 2019,” ujar dia.

Target ekspor diharapkan berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

"Seperti yang disampaikan Presiden ada dua hal investasi dan ekspor. Tidak mungkin kita hanya business as usual kalau mau capai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pemerintah Optimis Neraca Perdagangan 2018 Bakal Suplus

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Kenaikan impor dari 14,46 miliar dolar AS pada Maret 2018 menjadi 16,09 miliar dolar AS (month-to-month). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Upaya pemerintah mengendalikan impor barang konsumsi dinilai telah membuahkan hasil. Ini terlihat pada neraca perdagangan September yang surplus USD 227 juta. Bahkan hingga akhir tahun, necara perdagangan diyakini bisa surplus hingga USD 1 miliar.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Ahmad Erani Yustika mengatakan, upaya menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dan menstabilkan rupiah, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pengendalian impor. 

"Ada kebijakan pada sisi fiskal pemerintah terus mendorong pengendalian impor itu tetap berjalan. Jika impor berkurang maka, kebutuhan dolar akan berkurang juga," ujar dia di Jakarta, Senin (15/10/2018).

Dia mencontohkan, di sisi migas di mana menjadi sumber defisit neraca perdagangan, pemerintah mengeluarkan kebijakan pencampuran minyak sawit mentah ke solar sebanyak 20 persen atau B20.

"Kita harus menyadari defisit neraca perdagangan kita itu berasal dari sisi migas. Dari situ Pemerintah mengeluarkan program untuk mengkonversi B20 agar kebutuhan impor tidak makin membesar," kata dia.

Di sisi lain, pemerintah juga terus mendorong kinerja ekspor nasional. Hal ini turut berkontribusi menciptakan suplus pada neraca perdagangan.

"Pemerintah juga mendorong ekspor mengalami penguatan agar pasokan dolar juga meningkat. Kalau ini bisa seimbang, maka stabilisasi nilai tukar bisa dicapai," tandas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya