Perbaharui Teknologi Peringatan Dini Bencana, Indonesia akan Belajar dari Jepang

Saat ini pemerintah tengah mematangkan proyek pengembangan teknologi terbaru sistem peringatan dini bencana

oleh Merdeka.com diperbarui 16 Okt 2018, 20:52 WIB
Tsunami yang menerjang kawasan Fuskushima di timur laut Jepang pada tahun 2011 (AP/Kyodo)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah terus berupaya melaksanakan komitmen untuk memperbaiki sistem mitigasi bencana di Indonesia. Salah satunya melalui perbaikan kualitas teknologi sistem peringatan dini bencana gempa dan tsunami.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, saat ini pemerintah tengah mematangkan proyek pengembangan teknologi terbaru sistem peringatan dini bencana. Hal ini sesuai perintah dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Tadi kita mau bikin BMKG, kan kita selama ini setelah kejadian baru ribut. Sekarang Presiden perintahkan kita buat early warning, terutama tsunami," kata dia, di Kemenko Maritim, Jakarta, Selasa (16/10/2018).

Rencananya, Indonesia akan mempelajari teknologi peringatan dini yang sudah diterapkan di Jepang. Sebab sistem peringatan dini di Negeri Sakura tersebut dianggap sudah lebih maju.

"Karena tsunami itu bisa 10 detik bisa diberi tahu lebih awal. Teknologi Jepang sudah ada. Sekarang kita mau coba bikin itu di daerah yang potensi terjadi tsunami paling mungkin," ungkap dia.

Dia pun yakin proses pengembangan teknologi terbaru itu tidak akan makan waktu terlalu lama. Sebab Indonesia sudah memiliki sumber daya manusia yang mampu menyerap kemudian mengembangkan teknologi sesuai dengan kondisi Indonesia.

"Enggak dari kita ada kok sudah siap. Beberapa yang bisa. Dengan ada local content kita akan bikin sendiri dalam negeri. Itu kan bukan rocket science," tegas Luhut.

 

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

Warga memeriksa puing-puing di mana rumah mereka berdiri sebelum gempa dan tsunami di Petobo, Palu, Kamis (4/10). Wilayah Kelurahan Petobo di Palu menjadi salah satu daerah yang terkena dampak parah karena 'ditelan bumi'. (AFP/ ADEK BERRY)

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengakui bahwa Indonesia memang perlu meningkatkan kualitas sistem peringatan dini bencana. Sebab, teknologi yang ada saat ini sudah ketinggalan zaman.

"Kita ini harus meningkatkan teknologi kita. Buoy (Deep-Ocean Tsunami Detection Buoy) itu kan teknologi 10 tahun lalu. Sekarang kita harus lihat 10-20 tahun ke depan," kata dia.

Karena itu, peningkatan kualitas sistem peringatan dini bencana alam di Indonesia sudah selaiknya dilakukan untuk mengurangi risiko terutama korban jiwa jika terjadi bencana alam, seperti gempa dan tsunami.

"Tadi ada beberapa macam, misalnya sensor-sensor yang dipasang di dasar laut. Kemudian teknologi komunikasi yang lebih handal, peringatan dini gempa, ini kita juga akan kembangkan," jelas dia.

Nantinya, dalam pengembangan teknologi terbaru ini, pihaknya akan melibatkan berbagai stakeholder demi hasil yang benar-benar optimal.

"Itu tidak bisa kerja sendiri, misalnya dengan BPPT, Dikti ada perguruan-perguruan tinggi, ada LIPI, dan badan geologi, karena bencana itu sangat kompleks perlu sinergi untuk penanganan dan pencegahan yang dicegah itu bukan gempa dan tsunami tapi dampaknya dan itu salah satu dengan teknologi yang lebih maju," tandasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya