Isyarat Sang Kekasih Sebelum Hilang Disapu Tsunami Palu

Sehari sebelum terjadinya gempa dan tsunami di kota Palu. Tepatnya, malam Jumat, disebuah taman kecil di daerah Lasoani.

oleh Ahmad Yusran diperbarui 12 Okt 2018, 10:02 WIB
Firasat kekasih (Liputan6.com/Ahmad Yusran)

Liputan6.com, Palu - Wiro Rahmat Sumule, pemuda warga Jalan Garuda, Lorong Sempati Air, Birobuli Utara, Palu Selatan, masih trauma. Rahmat menuturkan, peristiwa gempa dan tsunami Palu juga menyisakan duka mendalam.

Dia mengaku kehilangan sang kekasih, Adriany Tanan atau Megha. Gempa dan tsunami Palu juga menggagalkan pernikahan dirinya dengan Megha yang rencananya digelar, Rabu 10 Oktober 2018.

Impian menjalani mahligai rumah tangga pun pupus. Impian memiliki lahan, kandang ayam petelur, dan salon di Petobo, Palu, hanya tinggal kenangan. Dia mengaku seolah sang kekasih memberi isyarat sebelum kepergiannya.

"Delapan hari sebelum gempa, kami berdua ke Poso menghadiri pesta pernikahan kakaknya. Sepanjang jalan hingga kembali ke kota Palu, banyak impian dan harapan kami. Menikah, jadi PNS, punya kandang ayam petelur, dan salon," kata Wiro kepada Liputan6.com, Kamis 11 Oktober 2018.

Wiro bercerita, sehari sebelum gempa dan tsunami Palu, tepatnya, Kamis 27 September malam, di sebuah taman di daerah Lasoani, dirinya bertemu pujaan hati. Sang kekasih pun minta dimanja. Saat itu Megha meminta diputarkan film Badgenius lewat handphone. Film itu menceritakan kisah yang jadi kebiasaan para pelajar di kota Bangkok, Thailand.

"Minta diputarkan film Badgenius. Dia sangat suka film itu. Padahal sudah larut malam sekitar pukul 23.30 WITA. Tiba-tiba handphone saya lowbath, dan film sisa lima menit lagi," kata Wiro.

Dan pada malam itu pula tiba-tiba keduanya membahas cerita magis orang Sulawesi Utara yang mampu bertahan puluhan hari di lautan lepas. Lagi-lagi seolah Megha memberi isyarat kepergiannya.

"Kami juga bahas mengenai kegigihan orang Sulawesi Utara yang bertahan hidup 49 hari di lautan lepas," ungkap Wiro.

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

2 dari 2 halaman

Menyusuri Jejak Kekasih di Pantai Talise

Warga melintas di depan Masjid Terapung Arqam Bab Al Rahman pasca gempa dan tsunami Palu di Pantai Talise, Sulawesi Tengah. Masjid yang dibangun tahun 2011 awalnya menampung 150 jamaah. (Liputan6.com/Fery Padolo)

Wiro mengisahkan, kekasihnya pada Jumat 28 September 2018, tepatnya pukul 17.00 WITA pamit melalui handphone mengaku akan ke Pantai Talise mengikuti acara perpisahan rekan kerjanya. Gempa dan tsunami pun mengguncang Palu.

"Kami masih komunikasi pada pukul 17.48 WITA. Usai gempa tsunami saya lihat taman ria Palu di Facebook sudah habis. Saya langsung ke Pantai Talise mencarinya," kata Wiro.

Wiro mengaku hanya berbekal senter mencari jejak sang kekasih. Suasana malam yang mencekam karena lumpur dan jenazah yang berserakan tak dihiraukan.

"Saya masuk lewat area patung kuda depan Palu Golden. Lumpur menggenang. Dalam benak dan doa, saya harus menemukan jenazahnya. Saya periksa satu per satu mayat di tepi jalan," kata Wiro.

Keesokan hari, Sabtu 29 September 2018, Wiro masih semangat mencari jejak kekasih yang akan dinikahinya.

"Mencari ke rumah kost, keluarganya, dan tidak ada. Saya ke RS Undata dan tidak ada juga. Saya mencari hingga di Kawatuna dan Petobo. Karena bensin kendaraan kami habis, terpaksa saya pulang dengan berjalan kaki dari Petobo ke Jalan Garuda, lorong Sempati Air," kata Wiro.

Wiro mengungkapkan satu hal yang masih terus terngiang, yakni sifat Megha yang manja. Dalam setiap momen berduaan, Megha juga Kerap menyebut dirinya seperti Stephen Chow yang lucu, cerewet, tapi dengan berbagai macam terobosan. Wiro pun berusaha ikhlas.

"Kegemaran kami itu sama yakni nonton film, dan saya itu disebut seperti aktor multitalenta, Stephen Chow. Ya semua sudah kehendak Tuhan,"ungkap Wiro.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya