Dianggap Buruk, Ternyata Gim Bisa Tingkatkan Empati pada Anak

Sering dianggap buruk oleh orangtua, ternyata gim juga bisa digunakan sebagai sarana membangun empati pada anak

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Agu 2018, 16:00 WIB
Gim bisa menjadi media yang bisa meningkatkan empati pada anak (iStockPhoto)

 

Liputan6.com, Jakarta Permainan video atau video game tidak selamanya buruk. Beberapa peneliti mengatakan, gim tertentu ternyata bisa meningkatkan empati anak-anak, serta melatih kemampuan tersebut dengan mengubah koneksi saraf di otak.

Mengutip Independent Online pada Senin (20/8/2018), sebuah temuan menunjukkan anak-anak yang memainkan gim khusus yang dirancang untuk melatih empati dalam dua minggu, menunjukkan konektivitas yang lebih besar di jaringan otak, yang terkait dengan itu serta menentukan perspektif.

Beberapa juga menunjukkan perubahan jaringan saraf yang umumnya terkait dengan regulasi emosi. Menurut para peneliti, keterampilan ini penting bagi kelompok usia yang mulai berkembang.

"Kesadaran bahwa keterampilan ini sebenarnya dapat dilatih dengan video gim adalah penting, karena mereka adalah prediktor kesejahteraan emosional dan kesehatan sepanjang hidup, dan dapat dipraktikkan kapan saja, dengan atau tanpa video gim," kata penulis utama Tammi Kral, mahasiswa pascasarjana di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Saksikan juga video menarik berikut ini:

 

 

2 dari 2 halaman

Gim yang Dirancang Khusus

Gim bisa menjadi media yang bisa meningkatkan empati pada anak (iStockPhoto)

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal npj Science of Learning ini menjelaskan, empati adalah langkah pertama dalam urutan yang bisa mengarah pada perilaku pro-sosial seperti membantu orang yang membutuhkan.

"Jika kita tidak dapat berempati dengan kesulitan atau masalah orang lain, motivasi untuk membantu tidak akan muncul," ujar Profesor di universitas tersebut, Richard Davidson.

Davidson juga menambahkan, industri gim juga harus melihat kesempatan ini untuk membuat gim yang mampu mengubah otak agar lebih berkualitas, daripada yang merusaknya.

Studi tersebut secara acak meminta 150 anak dari sekolah menengah dalam dua kelompok. Yang satu memainkan gim berjudul "Crystals of Kandors" yang sengaja diciptakan untuk penelitian. Sementara kelompok lain memainkan gim "Bastion" yang tidak ditujukan untuk membangun empati.

Konektivitas yang lebih kuat dalam jaringan otak dan terkait empati, ditemukan pada mereka yang bermain "Crystals of Kandors."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya