Anak Orangutan Ditemukan Mati di Gendongan Induknya

Tak ada luka tembak atau penyakit ditemukan pada bangkai anak orangutan itu. Lalu, dia mati karena apa?

oleh Reza Efendi diperbarui 12 Jul 2018, 02:12 WIB
Induk orangutan lindungi anaknya dari kepungan pemburu ( Four Paws/AP)

Liputan6.com, Medan - Seekor anak orangutan Sumatera (Pongo abelii) ditemukan mati di kawasan Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Hewan dilindungi itu ditemukan mati saat sedang dibawa induknya.

Kepala Bidang Teknis Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Adhi Nurul Hadi mengatakan penemuan anak orangutan mati terjadi pada 30 Juni 2018. Temuan itu dilihat langsung oleh pemandu dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI).

"Pemandu HPI yang melihat seekor induk orangutan membawa anaknya yang sudah mati, lalu diinformasikan ke kita. Anak orangutan itu berumur 3 tahun berjenis kelamin jantan," kata Adhi, Rabu, 11 Juli 2018.

Adhi menyebut induk orangutan yang kehilangan anaknya itu bernama Jeki. Pihaknya tidak mengetahui pasti kapan satwa langka dilindungi tersebut mati. Pada saat ditemukan, anak orangutan tersebut sudah dalam keadaan mati.

Adhi menyebut, petugas mengevakuasi bangkai orangutan pada 1 Juli 2018 dari induknya, dan segera dibawa ke kantor seksi. Sebelumnya, bangkai anak orangutan tersebut dinekropsi yang dikoordinir langsung oleh dokter hewan.

"Kebetulan untuk orangutan ini kita banyak mitra dengan NGO di Bukit Lawang. Kemudian, kita untuk evakuasi dan lakukan tindakan lanjutan," jelasnya.

 

 

2 dari 2 halaman

Temuan Tim Dokter

Tak ada luka tembak atau penyakit ditemukan pada bangkai anak orangutan yang ditemukan mati di Taman Nasional Gunung Leuseur itu. (dok. TNGL/Reza Efendi)

Kepala Bagian Tata Usaha TNGL, Joko Iswanto menerangkan, tidak ditemukan adanya luka tembak akibat perburuan maupun penyakit pada bangkai orangutan anakan tersebut. Pihaknya hanya menemukan lebam di beberapa titik pada bagian tubuhnya.

Kesimpulan sementara, anak orangutan itu mengalami kecelakaan saat digendong induknya.

"Di sana populasinya juga ada orangutan jantan yang memang lagi birahi. Mungkin dalam berhubungan itu sedikit menyakiti si anak, sehingga menyebabkan cedera di tubunnya. Itu yang ditemukan oleh tim dokter hewan kita," tuturnya.

Menurut Joko, kejadian seperti ini sangat jarang terjadi di TNGL. Apalagi, persoalan konflik antara satwa dilindungi dengan masyarakat di kwasan Bukit Lawang juga sudah tidak ada lagi karena masyarakat menilai orangutan sebagai maskot.

"Kalau di sekitar kecamatan dan desa tetangga Bukit Lawang, beberapa kali pernah terjadi konflik akibat orangutan liar nyebrang ke perkebunan masyarakat," Joko menjelaskan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya