Embun Es Mulai Menyapa Dieng di Pagi Buta

Sebagian warga menyebutnya beracun, namun embun es menjadi berkah Idul Fitri bagi pengunjung Dieng, Banjarnegara.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 14 Jun 2018, 06:00 WIB
Penampakan embun es yang terjadi di Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur, Banjarnegara, September 2018. (Liputan6.com/Pemdes Dieng Kulon/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Fenomena embun es selalu menjadi sensasi tahunan di Dataran Tinggi Dieng (DTD) atau Dieng. Penampakan embun es yang cantik selalu membuatnya selalu diburu pelancong.

Menyaksikan embun es, wisatawan seolah berada di hamparan alju tipis negara empat musim. Terkini, ada kabar baik untuk wisatawan, embun es dilaporkan turun di Dieng, Senin, 11 Juni 2018. Tak berdurasi lama, hanya satu jam saja. Ya, satu jam saja antara jam 05.00 WIB - 06.00 WIB.

Saat kemunculannya, suhu di Dieng mencapai 5 derajat Celcius. Embun es memang masih tipis dan menghilang saat terang menjelang.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Daerah (BPBD) Banjarnegara, Arif Rachman mengatakan, embun es yang terjadi di Dieng kali ini tak menyebabkan kerusakan pada tanaman. Sebab, lapisan es masih tipis dan hanya terjadi dalam durasi pendek.

"Warga menyebutnya bun upas. Kalau bahasa Indonesia ya artinya embun beracun," kata Arif kepada Liputan6.com, Selasa, 12 Juni 2018. 

Meski masyarakat menganggap sebagai embun beracun, sejatinya fenomena embun es ini menjadi berkah bagi pengunjung Dieng. Mereka memperoleh kesempatan untuk menyaksikan ebun es atau bun upas ini. Ya, dianggap beracun karena bisa merusak tanaman pertanian, meski embun es ini sesungguhnya sangatlah cantik.

Simak video pilihan menarik di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Bediding, Apa Itu?

Fenomena embun es atau Bun upas selalu diburu oleh pelancong di Dataran Tinggi Dieng atau Dieng, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Pemdes Dieng Kulon/Muhamad Ridlo)

Cantik tapi merusak? Begini penjelasannya.

Kerusakan tanaman akan terjadi jika lapisan embun es tebal dan berlangsung dalam durasi cukup lama. Biasanya, fenomena ini terjadi pada puncak kemarau, saat suhu berada di bawah nol derajat Celcius. Bahayanya bagi tanaman kentang inilah yang menyebabkan si cantik embun es disebut Bun upas atau embun beracun. Gangguannya jelas, pertumbuhan tanaman kentang terhambat bahkan mati. 

"Iya nih. Bun upas ya, sudah ini. Tadi saya sudah tanya ke orang Dieng, sejak suhu lima derajat ya sekitar. Biasanya kalau iklim itu kan Juli. ya Juni Juli dan Agustus awal lah," kata Arif. 

Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyo Aji menjelaskan bahwa secara umum Jawa Tengah sudah masuk musim kemarau. Saat kemarau, peluang terjadi hujan sangat kecil, karena tidak banyak awan yang berpotensi hujan.

Kondisi langit bersih tanpa awan itu menyebabkan suhu turun. Ketika suhu udara mencapai nol derajat, uap air atau embun menjadi beku.

"Orang Jawa menyebutnya dengan musim Bediding. Saat itulah muncul fenomena embun es di Dieng. Ini berdampak buruk bagi petani sayuran di Dieng karena menyebabkan tanaman menguning dan mati,” kata Setyo Aji.

Di luar dampak negatifnya, fenomena bun upas juga berdampak positif untuk sektor wisata. Keberadaaanya diburu oleh para wisatawan.

Mereka bisa mengabadikan fenomena langka di negeri tropis ini. Angka kunjungan wisata dan tingkat hunian rumah penginapan di Dieng pun meningkat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya