Laba Perusahaan Pembiayaan RI Merekah di Kuartal I 2018

Laba perusahaan pembiayaan mengalami peningkatan 20,56 persen di kuartal I 2018

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mei 2018, 17:15 WIB
Dok Foto: Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu Achmud

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat industri perusahaan pembiayaan (multifinance) tumbuh subur di 2018 dibanding tahun lalu. Adapun jumlah multifinance yang terdaftar resmi di OJK tercatat 191 perusahaan.

Deputi Komisioner Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) II OJK, Moch Ihsanuddin mengatakan meski sempat diterpa isu kurang sedap, industri multifinance malah menunjukkan angka pertumbuhan cukup signifikan.

"Industri perusahaan pembiayaan baik dari sisi aset, profitabilitas, dan jumlah pembiayaannya termasuk NPF (Non Performing Financing) mengalami growth (pertumbuhan)," kata Ihsanuddin di Gedung OJK, Jakarta Pusat, Senin (21/5/2018).

Dia mengungkapkan, total aset perusahaan pembiayaan tercatat sudah mencapai angka Rp 483,92 triliun hingga akhir Maret 2018. Angka ini tumbuh 7,65 persen atau Rp 34,4 triliun dibanding periode yang sama pada tahun lalu (year on year/yoy).

Selain itu, laba perusahaan pembiayaan mengalami peningkatan. Untuk tiga bulan pertama 2018, perusahaan pembiayaan membukukan laba Rp 3,74 triliun atau secara yoy naik 20,56 persen.

"Selanjutnya piutang pembiayaan juga mengalami peningkatan yoy 6,08 persen alias secara nominal meningkat Rp 24,02 triliun dengan nilai outstanding per akhir Maret Rp 419,2 triliun," ujarnya.

Ihsanuddin mengungkapkan, multifinance memiliki banyak sumber pendanaan yang memang mayoritas berasal dari pinjaman. Pinjaman terdiri atas pinjaman luar negeri, dalam negeri, dan bisa dengan penerbitan bond atau obligasi, atau medium term note.

"Secara growth yoy juga mengalami pertumbuhan 8,40 persen. Kalau dirinci pinjaman dalam negeri Rp 179,8 triliun masih dominan atau 52,5 persen. Pinjaman luar negeri Rp 91,2 triliun atau 27 persen. Penerbitan surat berharga campur semuanya Rp 71,7 triliun atau 20,9 persen dari total pinjaman," tandasnya. 

 

Reporter : Yayu Agustini Rahayu Achmud

Sumber : Merdeka.com

2 dari 2 halaman

OJK Sebut Baru 23,4 Persen Anak Muda RI Paham Produk Keuangan

Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara (Dok Foto: Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu)

OJK menilai generasi muda saat ini masih sedikit yang memiliki pemahaman mengenai keuangan atau literasi keuangan.

Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengungkapkan hasil survei nasional tiga tahunan OJK mengenai literasi dan inklusi keuangan pada 2017, tercatat masih sebagian kecil anak muda yang sudah memiliki pemahaman terkait keuangan.

"Hanya 64,2 persen pelajar atau mahasiswa yang menggunakan produk dan layanan keuangan, namun hanya 23,4 persen pelajar dan mahasiswa yang telah memiliki pengetahuan, keterampilan, atau keyakinan bahkan sikap maupun perilaku keuangan," kata Tirta di Menara Radius Prawiro, Kompleks BI, Senin (21/5/2018).

Tirta menjelaskan, anak muda saat ini berisiko terkena masalah keuangan sebab kurang dibekali dengan literasi keuangan.

"Ini ada sebuah risiko karena mereka punya akses, tetapi tidak paham apa yang diakses, tidak paham apa yang dibeli dari jasa-jasa keuangan," ujarnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, anak muda yang berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa saat ini cenderung sudah mempunyai akses terhadap produk-produk keuangan yang ditawarkan, namun masih sedikit pemahaman yang mereka miliki.

"Saat ini produk keuangan bahkan sudah ditawarkan kepada anak-anak muda. Jadi pada masanya mereka sudah mulai bisa membuat keputusan, ini perlu sudah dibekali dengan pengetahuan yang baik," tandasnya. 

 

Reporter : Yayu Agustini Rahayu Achmud

Sumber : Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya