Menko Luhut: Uni Eropa Boikot Sawit RI Bisa Tambah Kemiskinan

Menko Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan menuturkan, ada sekitar 17,5 juta orang yang bekerja di industri perkebunan sawit.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mei 2018, 21:33 WIB
Menko Kemaritiman ‎Luhut Binsar Pandjaitan memberi pemaparan dalam Rakorbidnas III Kemaritiman PDIP, Jakarta, Minggu (8/4). Program ini fokus pada pengembangan Industri Maritim Terintegrasi Gotong Royong (IMT GR). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan  akan kembali terbang ke Eropa untuk melakukan diplomasi sawit. Pemerintah Indonesia ingin ada perlakuan adil terhadap kelapa sawit Indonesia.

"Jadi, saya diperintahkan Presiden untuk pergi ke UE (Uni Eropa), untuk melakukan pertemuan terkait sawit. Kepentingan saya biodieselnya," kata Menko Luhut, dalam acara Afternoon Tea, di kantornya, Jumat (11/5/2018).

Luhut menuturkan, pada pertemuan sebelumnya dihadiri oleh 20 orang perwakilan. Dalam pertemuan tersebut, dibahas kampanye hitam yang menyerang kelapa sawit Indonesia.

"Saya brifieng ke mereka. Kita tidak minta-minta ke mereka. Kita mau ada perlakuan adil. Tidak boleh ada diskiriminasi. Saya jelaskan, kami luas kelapa sawit itu 12 juta hektar dan ini sudah moratorium," ujar dia.

Terkait isu lingkungan hidup, ia menegaskan sudah memberi penjelasan yang jelas. "Kalau soal lingkungan, saya jelasin bagaimana care sama lingkungan, pemulihan lahan. Juga soal human right. Kami disclosed human right  diselesaikan dengan baik," ujar dia.

Selain itu, Luhut juga mengungkapkan banyak rakyat Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari kelapa sawit. Jika diskriminasi terhadap sawit Indonesia terus berlanjut akan mengakibatkan angka kemiskinan bertambah.

"Ada 17,5 juta orang yang kerja. Kalau kalian tidak akomodasi ekspor kami dan banding kami, ini akan berdampak pada kemiskinan. Padahal kemiskinan kita sudah turun,” ujar dia.

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Ilustrasi Kelapa Sawit (iStockphoto)

Lebih lanjut ia menuturkan, gini ratio di Indonesia sudah membaik karena kelapa sawit.

"Yang punya ini adalah negara berkembang. Ini repotnya lebih efisien dari soya bean. Kami menanam kelapa sawit di tanah yang memang sudah dipakai,” tutur Luhut.

Luhut menuturkan, UE tidak memahami besarnya Indonesia. Perkebunan kelapa sawit tersebar di dua pulau besar yaitu Sumatera dan Kalimantan.

"Saya bilang, kemiskinan bisa terjadi di Sumatera dan Kalimantan. Mereka paham kalau kita bukan Bahana republic. Saya bilang ke EU ini mau bagaimana kalian mau retailed? Jangan taruh kami di kondisi yang sulit. Kami punya kelas menengah dan terus berkembang. Size ini di sini, akan banyak peluang pekerjaan,” kata dia.

"2045 kami sudah bisa lebih baik ekonomi kami. Jadi, EU silahkan buat kebijakan, tapi UE datang ke Indonesia, lihat kita. Kita punya power untuk bisa bikin mereka repot. We are not begging you,” tambah dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya