Cerita Wali Kota Risma Selesaikan Konflik Menahun Bocah SD

"Membangun manusia tak bisa instan, harus dari anak-anak," ujar Wali Kota Risma.

oleh Harun Mahbub diperbarui 30 Apr 2018, 14:03 WIB
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di kantor SCTV. (Liputan6.com/Harun Mahbub)

Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini fokus pada pembangunan manusia selain pembangunan fisik. Wali Kota Tri Rismaharini memiliki segudang cerita soal masalah anak-anak yang merupakan calon penggerak pembangunan. Ini terkait fokusnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Surabaya, Jawa Timur. 

Untuk itu, wali kota yang akrab disapa Risma ini mengalokasikan waktu khusus untuk mengunjungi sekolah-sekolah. Dia memberi inspirasi sekaligus memberi contoh penyelesaian konflik dan masalah anak-anak.

"Membangun manusia tak bisa instan, harus dari anak-anak," kata Wali Kota Risma saat bincang-bincang di kantor SCTV, Senayan, Jakarta, Senin (30/4/2018). 

Dalam salah satu kunjungannya ke sebuah sekolah dasar, Risma bercerita, tiba-tiba ada siswa mencegat dan "curhat" soal masalahnya. 

"Bu Wali, saya itu punya musuh, sudah enam tahun musuhan," kata Risma menirukan perkataan si bocah. 

"Siapa musuhnya, ayo kita temui," jawab Risma kepada bocah itu.

Siswa itu menunjuk siswa lain, badannya lebih besar. Wali Kota Risma mengajak mendekatinya, tapi si "musuh" itu langsung menangis.

Simak video pilihan berikut ini:

 

2 dari 2 halaman

Konflik Antarmanusia Mengganggu Pembangunan

Wali Kota Tri Rismaharini berbagi pengalaman menata Kota Surabaya kepada delegasi Konferensi Permukiman di Perkotaan antar-Negara PBB.

Risma kemudian meminta izin kepada kepala sekolah untuk bicara dengan dua siswa yang sudah menjalani konflik menahun itu dalam ruangan khusus yang hanya ada mereka bertiga. 

"Sini tangannya, kalau kupegang begini sakit enggak?" tanya Risma ke kedua anak itu.

"Enggak, Bu Wali," jawab mereka.

"Coba masing-masing saling pegang tangannya, sakit enggak?" Risma melanjutkan.

"Enggak Bu Wali, malah akrab," jawab keduanya.

Dua siswa itu akhirnya berangkulan, kemudian keluar ruang dengan komitmen mengakhiri permusuhan menahun. 

Cerita itu hanya salah satu pengalaman Risma. Tak bosan dia ke sekolah-sekolah. Dia menjalani tugas itu dengan telaten. 

"Demi warga Surabaya maju. Buat apa pembangunan fisik maju kalau warganya hanya jadi penonton," ujarnya. 

Menurut Risma, lebih berat membangun manusia dibanding fisik. Pembangunan manusia juga tidak hanya meningkatkam ekonominya. Status ekonomi tak selalu menjamin perilaku dan mentalnya. Jadi harus penanganan menyeluruh.

"Kalau hanya bangun jalan gampang, masalah banjir gampang, yang paling berat itu membangun manusianya," dia menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya