5 Bahasa di Dunia yang Terancam Punah

Sayang sekali lima bahasa dari beberapa negara ini terancam punah.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mar 2018, 09:00 WIB
Ilustrasi Foto berbincang (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Bahasa merupakan elemen komunikasi vital dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, ekspresi emosi maupun pemikiran dapat disampaikan antar-individu.

Saat ini ada lebih dari 7.000 bahasa di dunia, termasuk di antaranya bahasa Indonesia. Ketika jumlah pengguna sebuah bahasa semakin sedikit, tak mustahil bahasa tersebut mengalami “kepunahan”.

Melansir halaman Reader’s Digest, Jumat (8/3/18), berikut ini adalah lima dari sekian banyak bahasa di dunia yang terancam punah.

Ngan’gikurunggurr

Di bagian selatan Daly River, Australia, sebagian penduduk pribumi benua itu menggunakan bahasa Ngan’gikurunggurr. Menurut sensus penduduk pada 2016, hanya tinggal 26 orang yang memakai bahasa itu.

Dunser

Bahasa Dunser adalah salah satu bahasa yang digunakan oleh sebagian suku di Papua, Indonesia. Pada 2011, bahasa tersebut hanya dipakai oleh tiga orang dan dua di antaranya berusia 60-an dan 70-an. Karena sangat terancam punah, ahli-ahli linguistik dari Oxford University telah berupaya untuk mendokumentasikan bahasa tersebut.

 

2 dari 3 halaman

Jedek

Ilustrasi Foto Bahasa (iStockphoto)

Bahasa ini baru berhasil diidentifikasi oleh kelompok periset asal Swedia pada 2018 saat mereka mempelajari bahasa Jahai. Bahasa Jedek digunakan oleh sebagian penduduk Malaysia. Diperkirakan ada sekitar 280 orang yang secara aktif menggunakan bahasa tersebut.

Machaj Juyay

Machaj Juyay adalah bahasa rahasia yang dipraktikkan oleh Kallawaya, yakni para penyembuh di desa-desa di Bolivia. Biasanya para Kallawaya mewariskan bahasa tersebut pada anak laki-laki mereka. Diperkirakan jumlah pengguna bahasa ini tak mencapai 200 orang.

3 dari 3 halaman

Vod

ilustrasi Foto Bahasa (iStockphoto)

Dikenal juga sebagai Votic, Vote, Votian, dan Votish, bahasa Vod digunakan oleh orang-orang Votic yang dideportasi dari Uni Soviet ke Finlandia pada 1943. Kini para pengguna bahasa itu tinggal di perbatasan Rusia dan Estonia. Pada 2017, hanya ada delapan orang yang menggunakan bahasa tersebut.

(Bio In God Bless)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya