ICMI Usulkan Nama untuk Cawapres Jokowi, Ada Mahfud MD dan Jimly

Menurut Wakil Ketua Umum ICMI, sosok yang tepat untuk mendampingi Jokowi adalah orang yang bukan berasal dari partai politik.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Mar 2018, 09:29 WIB
Priyo Budi Santoso (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Berbeda dengan pemilu 2014, pemilu 2019 lebih banyak memunculkan nama-nama untuk posisi wapres ketimbang calon presiden. Sejumlah nama pun digadang-gadang untuk menjadi cawapres Joko Widodo atau Jokowi.

Wakil Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Bidang Politik Dalam Negeri Priyo Budi Santoso mengusulkan sejumlah sosok yang dinilai layak dipertimbangkan untuk mendampingi Jokowi dalam Pilpres 2019.

Menurut dia, sosok yang tepat untuk mendampingi Jokowi adalah orang yang bukan berasal dari partai politik.

"Ada nama lain yang bisa, untuk (kalangan) ekonomi dan juga Islam yang patut dipertimbangkan. Ada Jimly Asshiddiqie, Din Syamsuddin, dan Mahfud MD dari jalur luar partai, tetapi punya kelebihan sisi keislaman," kata Priyo Budi Santoso di Jakarta, Rabu 8 Maret 2018.

Dia menyayangkan tokoh berkualitas yang tidak tergabung dalam partai politik tidak dipilih oleh Jokowi. Dia mencontohkan Din Syamsuddin yang dinilai sebagai sosok yang dekat dengan Presiden Jokowi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kriteria Pendamping Jokowi

Ketua UKP PIP, Yudi Latief bersama Wakil Presiden keenam RI Try Sutrisno, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD berpose salam etnis Tionghoa saat mendatangi Vihara Dharma Bakti di kawasan Glodok, Jakarta, Jumat (16/2). (Liputan6.com/Arya Manggala)

Meski demikian, Priyo mengatakan, tokoh-tokoh dari partai pendukung juga figur yang layak.

Dia menegaskan, tokoh yang mendampingi Presiden Jokowi sebaiknya memiliki kriteria dapat meningkatkan elektabilitas, meskipun berdasarkan sejumlah survei menunjukkan elektabilitas Presiden Jokowi tinggi.

Ia memperkirakan terdapat tiga skenario dalam Pilpres 2019, yakni dua kubu mengulang Pilpres 2014 antara Jokowi dan Prabowo sebagai risiko demokrasi.

Skenario berikutnya, kemungkinan muncul poros ketiga yang dimotori oleh Partai Demokrat, PKB, dan PAN. Terakhir, skenario calon tunggal Jokowi berpasangan dengan Prabowo Subianto.

"Menambah elektabilitas penting, orang perkasa yang posisinya menguntungkan, jika salah pilih pasangan akan menyulitkan, kalau ada cawapres bisa selesaikan masalah ini, bisa jadi peluang besar," ucap Priyo.

Reporter: Rizky Andwika

Sumber: Merdeka.com

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya