Moeldoko: Mobil Listrik Ada Tanggung Jawab Sosialnya

Moeldoko menjunjung tinggi nilai sosial melalui bus listriknya. Ia tak mau suatu saat kendaraan listriknya malah menjadi faktor pencemaran lingkungan.

oleh Yurike Budiman diperbarui 02 Mar 2018, 22:04 WIB
Bus Listrik gagasan Moeldoko membutuhkan waktu 2,5 jam untuk sekali pengisian daya.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah mengenalkan prototipe bus listriknya yang dibuat PT Mobil Anak Bangsa, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko berencana untuk membuat mobil listrik bagi para petani. 

Seperti diketahui, pengembangan bus listrik yang ia gagas juga merupakan implementasi dan realisasi dari pemikiran Presiden Joko Widodo.

"Saya pikir Presiden sudah berbicara soal daya saing, ini menjadi atensi. Saya mengembangkan apa yang beliau pikirkan, selama kira-kira satu tahun yang lalu beliau berpikir tentang mobil listrik," ujar Moeldoko di JCC, Kamis (1/3/2018) malam.

Terkait pengembangan bus atau mobil listrik, tentunya berhubungan dengan polusi yang dihasilkan oleh masing-masing pembangkit listrik. 

Diketahui, pencemaran udara dari batubara adalah jauh lebih besar daripada bahan bakar nuklir, terutama asap dari hasil pembakaran batubara dalam tungku PLTU. 

 

 

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Menanggapi itu, Moeldoko mengatakan faktor limbah atau polusi tersebut bisa dieliminasi dengan adanya standarisasi yang tinggi.

"Berikutnya tanggung jawab sosial yang tinggi, jangan karena perlakuan-perlakuan yang tak bertanggung jawab jadinya merugikan lingkungan, saya tidak mau itu. Semua bisnis saya sangat berkaitan dengan sosial, salah satunya pertanian," paparnya.

Pertanian, menurutnya, bukan sekadar untuk mencari uang tapi juga memikirkan tanah yang tadinya rusak menjadi bagus.

"Kedua produktivitas yang rendah menjadi tinggi. Ketiga, yang saya tanam adalah organik sehat. Harapannya kan anak-anak kita ke depan, makan makanan yang sehat, nah itu value sosial yang saya lakukan," ujarnya.

Prinsip itu juga senada dengan proyek bus listrik yang ia bangun. Menurutnya, bus listrik tersebut penuh dengan nilai sosial dan berkaitan dengan lingkungan yang bersih.

"Saya tidak ingin seandainya saya membangun baterai di Indonesia menimbulkan lingkungan yang rusak, itu bukan sifat saya, saya harus ketat, menjaga tanggung jawab sosial itu," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya