Bukan Pakai Blush On, Orang Pegunungan Punya Pipi Merah karena Ini

Bagi yang sering mendaki gunung, pasti sering melihat warga di sana memiliki pipi merah muda. Bukan memakai blush on, ternyata hal ini terjadi secara alami

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mar 2018, 09:00 WIB
Seorang anak yang memiliki pipi kemerahan karena tinggal di pegunungan tibet (Sumber foto: Presscluboftibet.org)

Liputan6.com, Jakarta Bagi anda yang suka jalan-jalan ke pegunungan, pasti pernah melihat masyarakat di sana memiliki pipi kemerahan. Bukan memakai blush on, ternyata masyarakat di pegunungan memiliki warna pipi alami yang dipengaruhi oleh lingkungan daerah pegunungan. Lalu, kenapa hal itu bisa terjadi?

Ternyata tekanan udara di pegunungan lebih rendah dibanding daerah lain yang memiliki dataran rendah. Hal ini terjadi karena pegunungan jauh dari pusat bumi, sehingga gravitasinya lebih rendah. Semakin jauh suatu tempat dari pusat bumi, maka semakin rendah pula tekanan udaranya. Tekanan udara yang rendah ini menyebabkan kadar oksigen dalam udara di pegunungan juga lebih sedikit.

2 dari 3 halaman

Pipi Kemerahan Merupakan Bentuk Adaptasi Tubuh

Pipi kemerahan akibat tekanan udara di pegunungan lebih rendah (Sumber foto: Picssr.com)

Dalam jangka waktu yang lama, tubuh orang-orang yang tinggal di pegunungan akan beradaptasi dengan memproduksi lebih banyak eritrosit (sel darah merah) yang mengandung hemoglobin (protein dalam sel darah merah). Hemoglobin ini fungsinya untuk mengikat oksigen, kemudian mendistribusikannya ke seluruh tubuh.

Tubuh masyarakat di pegunungan membutuhkan jumlah hemoglobin yang lebih banyak agar dapat mengikat oksigen yang jumlahnya terbatas secara optimal. Pipi yang bersemu merah terjadi akibat adanya pelebaran pembuluh darah atau istilah medisnya vasodilatasi. Vasodilatasi ini yang memungkinkan semakin banyak darah dan oksigen yang mengalir ke seluruh tubuh.

3 dari 3 halaman

Pipi Merah Akibat dari Pelebaran Pembuluh Darah

Ditambah dengan suhu pegunungan yang dingin, tubuh orang yang tinggal di pegunungan perlu memproduksi panas (kalor) yang lebih banyak pula. Proses pembentukan kalor ini membutuhkan oksigen, sehingga otomatis oksigen yang mereka butuhkan pun meningkat.

 

Penulis:

Latif Munawar

Universitas Moestopo (Beragama) Jakarta

Jadilah bagian dari Komunitas Campus CJ Liputan6.com dengan berbagi informasi & berita terkini melalui e-mail: campuscj6@gmail.com serta follow official Instagram @campuscj6 untuk update informasi kegiatan-kegiatan offline kami.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya