Samad: Yang Terjadi pada Novel Jangan Ciutkan Nyali Pegawai KPK

Abraham Samad meminta agar pimpinan KPK mendesak kepolisian segera mengungkap siapa pelaku penyerangan Novel Baswedan.

oleh Ady AnugrahadiLizsa Egeham diperbarui 22 Feb 2018, 14:06 WIB
Ketua KPK RI 2011-2015 Abraham Samad saat menjadi narasumber dalam acara Inspirato Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Selasa (23/1). (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad turut menyambut kedatangan penyidik senior Novel Baswedan di Kantor KPK sepulang dari Singapura.

Abraham sempat menyampaikan sambutannya di panggung penyambutan Novel Baswedan bersama perwakilan pegawai KPK, elemen masyarakat, dan para penggiat antikorupsi. Abraham berharap, apa yang terjadi pada Novel tidak membuat KPK semakin lemah.

"Apa yang terjadi pada Novel tidak boleh menciutkan nyali pegawaki kpk, tapi justru sebaliknya, membuat pegawai KPK semakin garang pada para koruptor," ucap Abraham Samad.

Dalam sambutannya, Samad meminta agar pimpinan KPK mendesak pihak kepolisian segera mengungkap siapa pelaku penyerangan Novel Baswedan. Dia juga mengusulkan agar pimpinan KPK mendesak Presiden Jokowi membentuk tim pencari fakta gabungan.

"Sepuluh bulan ini waktu yang lama, tapi sampai saat ini penyerang kasus Novel belum ditemukan, kami meminta pimpinan KPK mengusulkan ke Presiden buat tim gabungan pencari fakta," ucap dia.

Menurut Samad, pembentukan tim gabungan merupakan satu-satunya cara untuk mengungkap pelaku penyerangan dengan air keras terhadap Novel Baswedan.

"Kalau tidak dibentuk kasus ini akan berlalu begitu saja, seperti apa yang dialami pegawai-pegawai KPK sebelumnya," Abraham Samad menandaskan. 

2 dari 2 halaman

Ujian Masyarakat Indonesia

Penyidik KPK Novel Baswedan tiba di KPK (Liputan6.com/ Lizsa Egeham)

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, pengungkapan kasus penyerangan air keras terhadap penyidik Novel Baswedan adalah ujian bagi seluruh masyarakat Indonesia.

KPK menilai, jika pelaku teror tersebut tak kunjung terungkap, akan menjadi preseden buruk bagi pemberantasan korupsi.

"Jika tidak terungkap, tentu ini akan jadi preseden buruk bagi sejarah perang melawan korupsi. Kita tahu Novel seringkali menjadi objek serangan tersebut. Dalam bentuk lain corruptor fight back juga diarahkan pada KPK," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah, Kamis (22/2/2018).

Menurut dia, pemberantasan korupsi hanya akan berhasil jika ada komitmen kuat dari seluruh masyarakat Indonesia. Febri mengatakan, kerja penegak hukum tidak akan maksimal jika tidak ada dukungan politik yang utuh dan tulus.

"KPK bersyukur, dukungan dan komitmen itu ada dari beberapa pihak, meskipun perlu terus ditingkatkan lagi. Apalagi masyarakat yang selama ini terus menerus menjadi korban korupsi dengan kesadaran penuh terus menjadi bagian dari ikhtiar pemberantasan korupsi," Febri menjelaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya