Jokowi: Pendidikan Karakter Jadi PR Besar

Menurut Jokowi, hal ini bisa terlihat dari masih banyaknya kasus kekerasan di lingkungan sekolah antara guru dan siswa.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 07 Feb 2018, 07:54 WIB
Presiden Joko Widodo turun dari pesawat Kepresidenan setibanya di Bandara Internasional Juanda, Jawa Timur, Sabtu (3/2). Jokowi dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Situbondo, menggunakan Helikopter. (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Setpres)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut pendidikan karakter dan budi pekerti masih jadi tugas berat dalam membentuk karakter generasi masa depan.

Menurut Jokowi, hal ini bisa terlihat dari masih banyaknya kasus kekerasan di lingkungan sekolah antara guru dan siswa.

"Akhir-akhir ini kita menyaksikan pendidikan karakter dan budi pekerti masih jadi PR besar bagi kita," kata Jokowi saat memberikan pengarahannya di Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan di Gedung Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kemendikbud di Jalan Raya Ciputat, Bojong, Depok, Jawa Barat, pada Selasa, 6 Februari 2018.

Jokowi juga menyoroti kasus meninggalnya guru SMA di SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur (Jatim). Menurutnya, masih maraknya kasus serupa ditenggarai karena minimnya pendidikan karakter dan budi pekerti.

"ini jarus jadi catatan besar kita. Ada apa ini, kenapa ini terjadi. Kemudian aksi bullying di beberapa daerah. Termasuk juga di Jakarta banyak terjadi. Tawuran juga banyak terjadi. Ini harus jadi perhatian kita semuanya," ucap Jokowi.

 

2 dari 2 halaman

Kasus Sampang

Ilustrasi Tindak Kekerasan dan Penganiayaan (iStockphoto)

Sebelumnya, seorang siswa tega menganiaya gurunya hingga tewas. Pemicunya sepele, si murid tidak terima ditegur gurunya karena berisik di dalam kelas.

Kasus tersebut terjadi di SMAN 1 Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur (Jatim), Kamis, 1 Februari 2018, sekitar pukul 13.00 WIB. Korban bernama Ahmad Budi Cahyono yang merupakan guru mata pelajaran seni rupa. Adapun, penganiayanya berinisial MH yang masih duduk di bangku kelas XI.

Berdasar keterangan yang diperoleh kepolisian dari Kepala SMAN 1 Torjun Sampang, awalnya Budi mengisi materi seni lukis. "Itu sesi jam terakhir," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera, Jumat (2/2/2018) pagi.

Saat pelajaran berlangsung, MH tidak mendengarkan materi yang disampaikan Budi. Dia mengganggu teman-teman sekelasnya. "Dia (MH) mencoret-coret lukisan teman-temannya," ucap Barung.

Melihat tingkah usil itu, guru seni rupa itu kemudian menegur MH. Namun bukannya diam, MH justru semakin menjadi-jadi mengganggu teman-temannya. Budi kemudian mengambil cat lukis dan mencoret pipi MH.

Rupanya, apa yang dilakukan sang guru itu tidak bisa diterima MH. Sejurus kemudian dia memukul Budi. Aksi penganiayaan itu sempat dilerai para guru dan teman-teman sekelas MH.

"Korban kemudian diminta kepala sekolah ke ruang guru untuk menjelaskan duduk perkara yang terjadi," ucap Barung.

Saat berbincang dengan Budi, Kepala SMAN 1 Torjun Sampang tidak melihat adanya luka di tubuh maupun wajah Budi. Budi pun dipersilakan pulang terlebih dahulu. Tidak lama berselang, sekolah mendapat kabar dari keluarga korban bahwa Budi mengeluh sakit di leher.

"Selanjutnya korban tidak sadarkan diri dan langsung dirujuk ke RSUD dr Soetomo," ungkap alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1992 tersebut.

Kamis malam, sekitar pukul 21.40 WIB, polisi mendapat kabar bahwa Budi sudah meninggal dunia. Keterangan yang disampaikan para guru kepada polisi, rumah sakit sempat menyatakan Budi mengalami mati batang otak sebelum meninggal, sehingga seluruh organnya tidak berfungsi.

Polisi sendiri sudah mengamankan MH di rumahnya. "Yang bersangkutan sudah diamankan Polres Sampang dan saat ini masih dimintai keterangan," kata Barung.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya