Rupiah Menguat, Investor Tunggu Keputusan Bank Sentral Jepang

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.381 per dolar AS hingga 13.479 dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Jan 2018, 13:45 WIB
Petugas mengecek lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Guna memenuhi kebutuhan uang tunai selama perayaan Natal dan Tahun Baru 2018, Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang kartal sebanyak Rp 193,9 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Investor menunggu kebijakan Bank Sentral Jepang. 

Mengutip Bloomberg, Senin (8/1/2018), rupiah dibuka di angka 13.406 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.416 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.381 per dolar AS hingga 13.479 dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 0,97 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.397 per dolar AS. Patokan pada hari ini menguat jika patokan sebelumnya yang ada di angka 13.405 per dolar AS.

Dolar AS memang sedikit tertekan di Asia pada perdagangan hari ini. Investor sepertinya menunggu sinyal dari Bank Sentral Jepang mengenai kebijakan moneter.

"Dolar AS sepertinya masih akan tetap tertekan sepanjang tahun ini," jelas analis CIBC Capital Markets Jeremy Stretch. Salah satu alasannya adalah belum jelasnya Bank Sentral AS dalam rencana kenaikan suku bunga di tahun ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Volatilitas Terjaga

Petugas melakukan pengepakan lembaran uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (21/12). Bank Indonesia (BI) mempersiapkan Rp 193,9 triliun untuk memenuhi permintaan uang masyarakat jelang periode Natal dan Tahun Baru. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo mengungkapkan pelemahan kurs rupiah sepanjang 2017 sebesar 0,7 persen. Sementara pada 2016, mata uang Garuda mengalami penguatan sebesar 2,3 persen.

"Kalau rupiah itu tadinya Rp 13.560 per dolar AS, lalu menjadi Rp 13.540, itu terjadinya penguatan. Saya melihat faktor konfiden terhadap ekonomi domestik banyak berperan," ujarnya.

"Nilai tukar terjaga, volatilitas kurs sepanjang 2017 ada di kisaran 3 persen, sedangkan di 2016 sebesar 8 persen. Menunjukkan bahwa stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan Indonesia terjaga. Kondisi positif bagi ekonomi Indonesia," jelas Agus.

Lebih jauh dia menerangkan, konfiden pelaku pasar atas kondisi ekonomi Indonesia terlihat dari peningkatan aliran dana asing yang masuk dalam dua pekan terakhir ke pasar modal. Hal ini menambah pasokan valuta asing (valas).

"Kalau rupiah menguat secara umum itu karena kondisi ekonomi nasional yang baik," tegas mantan Menteri Keuangan itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya