Kisah Tiga Guru Inspiratif dari Berbagai Belahan Dunia

Tidak sedikit kisah seorang guru yang harus berjuang di tengah kesulitan agar bisa membuat perubahan di lingkungannya.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 25 Nov 2017, 06:00 WIB
Ilustrasi guru (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Menjadi seorang guru bukan hanya sekadar mentransfer ilmu ke murid. Guru juga punya peran besar membuat murid jadi termotivasi membuat dunia jadi lebih baik dengan ilmu yang dimiliki.

Tidak sedikit kisah seorang guru yang harus berjuang di tengah kesulitan agar bisa membuat perubahan di lingkungannya. Berikut tiga sosok guru dari tiga belahan negara di dunia yang memiliki misi luar biasa mengutip laman Euronews, Jumat (24/11/2017).

1. Susan - mendirikan pendidikan di tempat pengungsian

Susan pernah merasakan kehilangan segalanya ketika Israel menyerang Gaza di 2014. Hal ini membuatnya tinggal di pengungsian. Namun, dia ingin pengungsian hanya begitu saja. Perlu ada sekolah dan pusat kebudayaan.

"Aku tahu apa yang mereka butuhkan karena pada Juli 2014 aku tidak punya rumah seperti mereka," kata wanita asal Palestina ini.

Susan tak ingin anak-anak di pengungsian diam saja. Harus ada belajar mengajar di dalamnya. (Foto: Euronews)

Kehadiran sekolah serta guru di tempat pengungsian membuat anak-anak punya banyak ilmu. Selain itu, ada juga sesi motivasi bagi mereka. "Tujuannya adalah untuk melepaskan emosi amarah pada anak-anak setelah apa yang terjadi padanya," katanya.

Selain membuat kelas untuk anak-anak pengungsi, Susan juga melihat banyak wanita di pengungsian berdiam diri. Maka dia juga mendirikan tempat workshop keterampilan wanita. 

 

Saksikan juga video menarik berikut:

2 dari 3 halaman

2. Edward Gabada - Keterbatasan bukan halangan

Sistem yang dibuat Edward membuat angka kelulusan yang dulunya hanya sekitar 23 persen menjadi 96 persen. (Foto: Euronews)

2. Edward Gabada - Keterbatasan bukan halangan

Di sebuah daerah pedesaan di Afrika Selatan yang penuh dengan keterbatasan, kehadiran Edward di sekolah Mpondombini Secondary School bagaikan air di gurun sahara. Bayangkan saja, meski hal-hal mendasar seperti air terbatas dan listrik tak ada, dia membuat angka kelulusan murid yang dulunya hanya sekitar 23 persen menjadi 96 persen.

"Kami yang ada di sekolah ini hanya mengarahkan dan memotivasi anak-anak," kata Edward.

Dia yakin, orangtua yang menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah tersebut pasti punya tujuan. Edward tak mau membuat kecewa, maka dia menggenjot kemampuan belajar murid-muridnya.

 

3 dari 3 halaman

3. Anders Godoy- Memotivasi murid dari ketidaksempurnaan

Dengan satu tangan, Anders piawai membuat gitar. (Foto: Euronews)

3. Anders Godoy- Memotivasi murid dari ketidaksempurnaan

Pria asal Chili ini bukan musisi biasa, tapi punya kemampuan luar biasa. Anders sejak usia 14 tidak lagi memiliki tangan walau begitu dia tetap bisa berkarya. Bahkan, dia sering tampil di sekolah-sekolah untuk memotivasi anak-anak.

Dia juga sering membantu membuatkan program pendidikan untuk para narapidana di banyak negara. Mulai dari Santiago hingga Shanghai.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya