Fasilitas Mewah Pasukan Cakrabirawa yang Bikin Iri Kesatuan Lain

Fasilitas kelas I hampir selalu didapatkan anggota pasukan Cakrabirawa saat anggota ABRI lain hidup serba kekurangan. Bentrokan pun terjadi.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 08 Okt 2017, 09:02 WIB
Ishak berpose di bawah foto idolanya, Bung Karno. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purbalingga – Cerita Ishak soal kenangan sebagai anggota pasukan pengawal Presiden Sukarno, Cakrabirawa, berlanjut. Lelaki yang baru diangkat menjadi anggota pasukan elit pada 1963 itu mengungkapkan jika pasukan tersebut pernah menjadi dambaan tiap matra TNI.

Pangkat terakhir Ishak adalah sersan satu. Bicaranya lantang dan tegas. Gurat keras wataknya tak hilang oleh garis-garis wajahnya yang mengeriput.

Saat ditemui Liputan6.com, Rabu siang, 4 Oktober 2017, Ishak baru saja bertandang ke rumah seorang kawannya di Purbalingga. Waktu itu, ia mengenakan kemeja lengan panjang warna putih dipadankan dengan celana panjang hitam yang sudah semakin lusuh.

"Saya akui jadi anggota Cakrabirawa itu memang beda dengan tentara biasa. Gaji saya Rp 14 ribu sebulan. Kalau saya mengawal Presiden Sukarno, kadang bonus yang saya dapat juga Rp 14 ribu. Dari situ saja sudah kelihatan bedanya," dia menerawang, masa kejayaan Cakrabirawa, sebelum 1965.

Selain bonus-bonus, menurut Ishak, fasilitas anggota Pasukan Cakrabirawa juga sangat berbeda dengan kesatuan lainnya. Misalnya, secara berkala, saat itu secara berkala memperoleh seragam baru dan kaus baru. Bahkan, istri yang baru dinikahinya pun memperoleh jatah biaya sewa rumah jika tak hidup bersama di asrama.

"Istri saya waktu itu kan baru menikah sebulan. Belum saya ajak ke Jakarta. Masih di sini, tinggal di rumah mertua. Itu mendapat jatah biaya sewa rumah," kata dia.

Fasilitas istimewa itu, menurut Ishak, membuat iri pasukan lainnya. Belum lagi, jatah logistik bulanan yang berbeda dengan kesatuan lainnya. "Ya, mungkin (bikin iri)," ucapnya, pendek.

Kunjungan-kunjungan kepresidenan juga memungkinan Ishak dan anggota Cakrabirawa lainnya menikmati berbagai fasilitas kelas satu hotel berbintang dengan makanan-makanan lezatnya. Sesuatu yang amat langka pada zaman itu.

Berbanding terbalik dengan fasilitas yang diperolehnya, kesatuan-kesatuan ABRI -sebutan TNI- lainnya amat memprihatinkan. Sepatu misalnya, kata Ishak, bisa jadi hanya punya sepasang. Begitu pula seragam, yang tak mesti tiap tahun ganti.

Maklum, kala itu kondisi ekonomi Indonesia memang buruk. Itu menyebabkan negara tak mampu memberikan jaminan hidup yang layak untuk para tentara.

"Jadinya sering bentrok. Bentroknya nggak seperti jaman sekarang. Dulu beneran tembak-tembakan. Nggak satu dua orang, bisa satu unit itu," tutur Ishak.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya