Borong Cabai Murah di Kota Ini, Hanya Rp 2.000/Kg

Harga cabai Rp 2.000 per kilogram ini merupakan titik terendah dalam tiga tahun terakhir.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 28 Sep 2017, 10:32 WIB
Pedagang cabai pun turut kelabakan saat cabai rawit tak laku di pasaran. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purwokerto - Para ibu rumah tangga kalang kabut ketika harga cabai rawit mencatat rekor tertinggi sepanjang masa pada Februari-Juni 2017 lalu. Pemerintah pun tak tinggal diam. Beragam program dilakukan, mulai operasi pasar, hingga aksi bagi-bagi biji cabai dan bibit gratis.

Mereka menggelar aksi tanam cabai massal. Kebun, pekarangan rumah, hingga teras-teras rumah penuh dengan cabai. Siapa sangka, gerakan massal tanam cabai itu kini justru menuai bencana. Harga cabai justru merosot tajam. Petani cabai pun gigit jari karena merugi.

Pasalnya, mereka mulai menanam saat seluruh sarana produksi pertanian, terutama bibit, tengah berada di puncak harga, mengiringi harga cabai yang begitu tinggi. Sementara, harga cabai saat ini justru sedang turun. Seperti di Banjarnegara, cabai rawit dari petani hanya dihargai Rp 4.000 per kilogram.

Menurut Endrianti, seorang petani di Kejawar, harga itu turun 20 kali lipat dibanding harga tertinggi antara Maret-Juni 2017 lalu. Saat itu, cabai rawit merah begitu berharga dengan harga Rp 80 ribu per kilogram dari petani.

"Waktu itu ke tengkulak dihargai 80 ribu, sama tengkulak enggak tahu dijual berapa ke pedagang pasar. Pokoknya dijualnya Rp 120 ribu, diecerkan," dia menuturkan.

Menurut Endri, nasib cabai hijau lebih parah lagi. Kini, di tingkat petani, harga cabai hijau hanya Rp 2.000 per kilogram, atau turun 10 kali lipat dibanding harga normal, yakni Rp 20 ribu per kilogram.

"Kalau enggak kasihan cabainya, enggak saya panen. Enggak cukup buat bayar tenaga. Ini karena kasihan cabainya juga. Masa sudah tua enggak dipetik," ujar dia.

Petani cabai ijo menyiram tanaman di musim kemarau, harga cabai ijo ambrol dan hanya dihargai Rp 2.000 per kilogram. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo).

Endrianti menduga, penurunan harga gila-gilaan ini disebabkan panen raya serentak di berbagai wilayah penghasil cabai, seperti Banjarnegara, Magelang, Wonosobo, Banyumas, hingga Brebes.

Celakanya, panen serentak itu tak bisa diserap pasar karena cabai-cabai yang ditanam ibu rumah tangga pun tengah berbuah. Itu sebab, mereka tak butuh cabai pasar. Mereka cukup memetik dari pekarangan atau terasnya.

"Ibu-ibu itu, kan? Di PKK dikasih bibit gratis. Pada nanam semuanya di rumah. Buahnya juga bagus-bagus, karena curah hujan rendah, tidak ada penyakit," kata Endri.

Sementara itu, pedagang di Pasar Induk Gandrungmangu, Aminah, mengatakan saat ini harga jual cabai rawit eceran hanya Rp 12 ribu sampai Rp 13 ribu per kilogram. Ia sendiri mengaku membeli dengan harga Rp 10 ribu dari tengkulak.

Hal senada disampaikan Aminah. Dia pun menduga jatuhnya harga cabai rawit terjadi lantaran ada gerakan menaman cabai rawit massal yang dilakukan oleh kelompok-kelompok perempuan, seperti PKK dan Kelompok Wanita Tani (KWT).

Aminah mengungkapkan, cabai rawit yang ditanam berbagai kelompok itu tengah berbuah. Sementara, akhir September ini, cabai petani juga tengah panen raya. Itu sebabnya, suplai melimpah cabai tak diimbangi dengan permintaan konsumen. Pada akhirnya, harga jatuh ke titik terendah.

Dia mengungkapkan, harga cabai ini merupakan yang terendah dalam beberapa tahun terakhir. Harga normal cabai rawit eceran beberapa tahun belakangan yaitu sekitar Rp 35 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram. "Sepertinya ini harga terendah selama 3 tahun terakhir, kalau tidak salah," kata Aminah.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya