Secercah Harapan Petani Bawang Merah Brebes

Saat kualitas lahan mengalami penurunan, petani bawang merah mendapatkan cara untuk memperbaikinya.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 27 Sep 2017, 07:01 WIB
Kualitas lahan budidaya bawang merah di sentra penghasil bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, semakin menurun (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Brebes - Kualitas lahan budidaya bawang merah di sentra penghasil bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, semakin menurun. Hal ini diperkirakan karena eksploitasi yang terus dilakukan petani sejak puluhan tahun.

Penggunaan lahan bawang merah dengan pupuk kimia berlebihan yang tidak diimbangi dengan pemuliaan lahan dapat berdampak pada produktivitas komoditas bawang.

Untuk menjawab persoalan penurunan kualitas lahan budidaya bawang merah di Kabupaten Brebes tersebut, tahun 2017 ini Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Tegal melakukan program pengembangan klaster bawang merah di Kabupaten Brebes. Ini merupakan proyek percontohan (pilot project) pemuliaan lahan.

Adapun proyek percontohan pemuliaan lahan ini melibatkan dua anggota klaster binaan KPw BI Tegal yaitu kelompok tani 'Harapan Makmur' Desa Jatimakmur, Kecamatan Songgom, dengan luas lahan 3.000 meter persegi dan kelompok tani 'Tani Jaya' Desa Sisalam, Kecamatan Wanasari dengan luas lahan 1.200 meter persegi.

"Awal tahun 2017 ini, BI Tegal bersama Pusat Kajian Holtikultura Tropika (PKHT) Institut Pertanian Bogor (IPB) di bawah koordinator Prof. Ir. Sobir melakukan uji laboratorium kandungan unsur hara tanah yang dipilih menjadi lokasi pilot project pemuliaan lahan" ucap Kepala BI Tegal Joni Marsius, Senin, 25 September 2017.

Ia membeberkan, dari hasil uji laboratorium menunjukkan kadar unsur hara tanah sangat sedikit. Ini karena ion-ion pembentuk kesuburan tanah yang seharusnya terbentuk dan diserap tanah sebagai media tanam tidak mampu diuraikan oleh mikroorganisme dan diserap oleh tanah dengan sempurna.

Hal tersebut, kata Joni, karena mikroorganisme yang seharusnya mengurai dan memproses ion-ion menjadi hara yang bermanfaat di tanah telah terganggu penggunaan pupuk kimia.

"Selain itu, ion-ion pembentuk unsur hara yang seharusnya berada di tanah justru larut di dalam air karena proses penyiraman yang terus menerus," ia menambahkan.

Kualitas lahan budidaya bawang merah di sentra penghasil bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, semakin menurun (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Pada akhir bulan Juli 2017, lanjut dia, kembali dilakukan uji coba penanaman di lahan percontohan di Desa Jatimakmur, Kecamatan Songgom dengan perlakuan penggunaan komposisi pupuk kandang lebih dominan, penggunaan pestisida nabati.

Kemudian, meminimalisasi penggunaan pupuk kimia dengan pencegahan antisipasi memanfaatkan insect net (jaring dipasang mengelilingi lahan setinggi 3 meter), dan solar cell light trap (kreasi petani) untuk mencegah serangga dan hama.

"Dari penanaman pada lahan tersebut, setelah 58 hari setelah tanam (HST) pada hari Jumat (22 September 2017) dilakukan panen dengan hasil kurang lebih 3 ton dengan kualitas umbi besar (grade A) dan warna lebih ungu gelap," jelasnya.

Fokus utama pemuliaan lahan dalam jangka pendek bukan pada jumlah produksi, tetapi adanya peningkatan kualitas tanah/unsur hara yang meningkat dan pada jangka panjang mendorong kembalinya tingkat kesuburan lahan dan pengurangan penggunaan pupuk kimia.

"Program pemuliaan lahan tidak dapat dilihat cukup 2 atau 3 kali musim tanam, sehingga kami dari BI Tegal menjadikan program pemuliaan lahan ini minimal membutuhkan waktu 3 tahun pada lahan yang sama dan pengaturan penanaman dan penggunaan pupuk organik serta perlakukan yang mampu mengembalikan kesuburan tanah dan kandungan unsur hara yang tinggi dalam tanah," Joni mengungkapkan.

Dengan keberhasilan proyek percontohan ini, diharapkan mampu mendorong petani dan pemerintah daerah dalam hal ini dinas pertanian di Kabupaten Brebes mulai peduli dengan cara beralih pola perilaku budidaya bawang merah.

"Ya dengan pola perilaku budidaya bawang merah yang berubah lebih baik agar penurunan kualitas lahan dapat dikembalikan, mengurangi biaya produksi penggunaan pupuk kimia yang tidak saja mengganggu kualitas tanah namun juga residunya tertinggal pada tanaman/hasil pertanian yang akan dikonsumsi," jelasnya.

Pada bulan Oktober 2017, akan dilakukan penanaman di kedua lokasi proyek percontohan. "Semoga akan membawa hasil yang meningkat baik jumlah produksi, kualitas tanah, dan menurunkan biaya produksi demi suksesnya petani Indonesia dan komoditas pangan yang sehat," dia memungkasi.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya