ISIS Klaim Jadi Dalang Serangan Kereta Bawah Tanah London

Melalui aplikasi Telegram, ISIS mengklaim menjadi pihak di balik serangan kereta bawah tanah London yang mengakibatkan 29 orang terluka.

oleh Citra Dewi diperbarui 16 Sep 2017, 12:07 WIB
Ledakan di Kereta Bawah Tanah London Dianggap Serangan Teror (London Underground Station TWITTER / @ASolopovas)

Liputan6.com, London - Perdana Menteri Inggris, Theresa May, telah meningkatkan level ancaman di negaranya dari parah menjadi kritis usai terjadi serangan ledakan di stasiun kereta api London.

Ledakan tersebut terjadi di stasiun kereta api bawah tanah Parsons Green. Bahan peledak yang digunakan serupa dengan apa yang digunakan dalam serangan sebelumnya.

Ledakan itu melukai setidaknya 29 orang dan banyak di antaranya mengalami luka bakar.

Dikutip dari CBS News, Sabtu (16/9/2017), keputusan May untuk menaikkan tingkat ancaman membuat tentara Inggris akan mengambil alih tugas-tugas tertentu yang biasanya dilakukan oleh polisi. Sebelumnya, Inggris berada di tingkat ancaman tersebut saat terjadi serangan di konser Ariana Grande di Manchester.

Sementara itu, ISIS mengklaim bertanggung jawab atas ledakan di Parsons Green. Dalam sebuah pernyataan di saluran resminya di aplikasi Telegram, kelompok tersebut mengatakan bahwa serangan itu dilakukan oleh detasemen ISIS.

Dalam pernyataan berikutnya, ISIS mengaku bawah penyerang berhasil menanam sejumlah alat peledak dan meledakkan salah satunya.

Meski demikian, polisi belum mengumumkan penemuan bahan peledak lain di Stasiun Parsons Green, London.

Sebuah sumber penegak hukum Amerika Serikat mengatakan, perangkat peledak yang digunakan dalam serangan Parsons Green adalah ember plastik putih dengan kain hitam di atasnya dan kabel yang menjuntai. Alat peledak itu dibawa dalam tas belanja yang tertutup rapat.

2 dari 2 halaman

Situasi Setelah Ledakan Terjadi

Saksi yang berada di lokasi kejadian mengaku melihat sejumlah korban terluka dan berlumuran darah pasca-ledakan di stasiun Parsons Green, dekat Fulham, London barat. Sejumlah saksi lain juga melihat kepanikan yang terjadi usai ledakan.

Richard Aylmer-Hall (53), konsultan media teknologi, diketahui tengah berada di sekitar lokasi kejadian ketika ia tiba-tiba merasakan kepanikan di sekelilingnya.

"Tiba-tiba ada kepanikan, banyak orang berteriak, menjerit. Ada seorang wanita yang mengaku ia melihat sebuah tas, sebuah kilat dan ledakan."

"Saya melihat para wanita menangis, ada banyak teriakan, ada kekacauan di tangga yang mengarah ke jalan. Sejumlah orang terdorong dan terinjak. Saya melihat ada dua wanita yang mendapat perawatan ambulans," imbuh Aylmer-Hall.

Pihak kepolisian Metropolitan London memerintahkan setiap orang untuk menghindari lokasi ledakan.

Dilaporkan ada empat rumah sakit yang dijadikan tempat penampungan korban luka. Salah satunya adalah Rumah Sakit St Mary di wilayah Paddington.

Inggris telah menjadi target tiga serangan teror mematikan sepanjang 2017. Sebanyak 33 orang tewas dalam teror tabrakan van dan serangan pisau di London Bridge dan Westminster Bridge yang terletak di jantung kota London, sementara satu lainnya adalah aksi bom bunuh diri sesaat setelah konser penyanyi pop dunia Ariana Grande di Manchester.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya