Sulsel dan NTT Punya Potensi Jadi Sentra Produksi Garam

Kelangkaan garam menjadi perhatian masyarakat beberapa waktu terakhir

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 03 Agu 2017, 17:24 WIB
Para petani garam di Kedung Jepara memanen garam yang tahun 2017 berasa manis. (foto : Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Jakarta Kelangkaan garam menjadi perhatian masyarakat beberapa waktu terakhir. Bagaimana tidak, kelangkaan garam memicu tingginya harga jual di pasaran.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Unggul Priyanto mengatakan, perlunya dukungan infrastruktur untuk meningkatkan produksi garam nasional. Dia menuturkan, terdapat beberapa wilayah yang bisa dikembangkan sebagai pemasok garam.

"Isu krisis garam nasional terutama untuk konsumsi dan kebutuhan industri juga menjadi perhatian kami, untuk meningkatkan produksi garam nasional perlu dukungan infrastruktur di daerah yang memiliki curah hujan rendah seperti NTT dan Sulawesi Selatan yang sangat potensial untuk dijadikan sentra produksi garam nasional," kata dia di Gedung BPPT Jakarta, Kamis (3/8/2017).

Dia menuturkan, pembangunan lahan garam terintegrasi akan memudahkan petani untuk memanen dengan kadar garam tinggi dalam waktu 4-5 hari. Caranya, kata dia, dengan membangun reservoir (kolam) air laut bertingkat dan mekanisasi metode panen. Dia juga menuturkan perlunya pendirian industri garam multiproduk untuk menopang perekonomian.

BPPT sendiri, lanjut dia, telah berhasil membuat pabrik garam farmasi pertama di Indonesia. Kemudian, penguasaan proses produksi garam proanalisa.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, akan mencoba teknologi BPPT untuk pengembangan garam. "Kita bikin garam di satu coba di Kupang, kalau bagus langsung kita bikin lagi di Madura dan sebagainya. Dengan begitu, cost lebih rendah tidak lagi terlalu berpengaruh dengan cuaca, produksi dapat kita angkat dan kita tidak impor lagi. Itu salah satu rekayasa dari BPPT," tandas dia.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya