Menko Darmin Bersyukur Angka Ketimpangan Ekonomi Tak Memburuk

BPS melaporkan rasio gini atau ketimpangan pengeluaran penduduk mengalami penurunan tipis menjadi 0,393 di Maret 2017.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 17 Jul 2017, 17:45 WIB
Deretan rumah yang berdempetan dengan padat terlihat dari kawasan Jembatan Besi, Jakarta, 5 Juni 2016. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memicu berbagai permasalahan, dari tata ruang, kemiskinan hingga kriminalitas. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis tingkat ketimpangan pengeluaran nasional (gini ratio) pada Maret 2017 yang tercatat 0,393. Angka tersebut lebih rendah 0,001 dibanding September 2016, yakni 0,394.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, angka tersebut memang tak banyak berubah. Dia mengatakan, gini ratio merupakan indikator yang sulit bergerak.

"Itu mah bukan naik, dulu kita 0,394 ya praktis tidak turun, tapi tidak naik juga. Apa namanya, memang yang namanya pemerataan itu indikator yang tidak mudah berubah," kata dia di DPR Jakarta, Senin (17/7/2017).

Darmin bersyukur angka tersebut tidak memburuk. Namun, dia juga mengaku angka tersebut belum mengalami perbaikan. Dia menduga, ini ada kaitannya dengan musim penghujan yang terjadi di awal tahun.

"Bahwa dia tidak memburuk kita harus syukuri itu, memang tidak membaik itu juga betul. Ini ada hubungannya macam-macam, dengan apa namanya musim hujan agak banyak waktu panen," ujar dia.

Lebih lanjut, dia mengaku tak terlalu khawatir dengan kondisi tersebut.

"Februari masih hujan, Maret ada seperti sekarang ini. Saya tidak merasa risau, yang penting jangan naik. Memang harus dibaca lebih teliti. Saya enggak berani bilang persisnya apa saja," ucap dia.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rasio gini atau ketimpangan pengeluaran penduduk mengalami penurunan tipis menjadi 0,393 di Maret 2017. Ketimpangan paling tinggi terjadi di Yogyakarta, sedangkan yang terendah di Bangka Belitung.

Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengungkapkan, rasio gini di Maret 2017 sebesar 0,393 menurun 0,001 poin dibanding realisasi 0,394 di September 2016. Sedangkan dibanding rasio gini Maret 2016 yang sebesar 0,397, capaian di Maret 2017 merosot 0,004 poin.

"Rasio gini stagnan, hampir nyaris sama atau tidak mengalami perubahan. Karena menurunkan ketimpangan bukan upaya yang mudah, perlu roadmap jangka panjang. Idealnya pergerakan tiga tahun sekali," ucap Kecuk saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (17/7/2017).

Lebih jauh Kecuk menambahkan, dari realisasi rasio gini 0,393, paling tinggi di wilayah perkotaan dengan rasio 0,407 dan perdesaan 0,320 di Maret ini. "Ketimpangan pengeluaran di kota jauh lebih buruk dibanding di desa. Persoalannya gap masyarakat bawah dan kalangan atas di kota lebar sekali," ujarnya. 

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya