Popularitas Mesin Diesel Berada di Ujung Tanduk

Saat ini, pasar mobil diesel semakin mengkhawatirkan, terutama dengan munculnya larangan mengemudi mobil berbahan bakar solar tersebut

oleh Arief Aszhari diperbarui 19 Jun 2017, 21:40 WIB
"Cepat atau lambat, mobil penumpang bermesin Diesel akan lenyap dari pasar tersebut," kata Elmar Degenhart.

Liputan6.com, Stuttgart - Dalam beberapa tahun terakhir, penjualan mobil diesel meningkat signifikan di pasar Eropa. Namun saat ini, pasar mobil diesel semakin mengkhawatirkan, terutama dengan munculnya larangan mengemudi mobil berbahan bakar solar tersebut di Benua Biru.

Dilansir Autonews, Senin (19/6/2017), dengan keunggulan efisiensi bahan bakar di atas mesin bensin, mobil diesel dianggap sebagai kunci dari strategi besar pengurangan karbon dioksida (CO2).

Sementara itu, pemerintah Stuttgart sedang mempertimbangkan larangan mesin diesel berusia tiga tahun ke atas memasuki kota pada hari-hari tertentu di tahun depan. Dengan peraturan tersebut, sepertinya pejabat Munich juga akan mengikuti langkah Stuttgart.

Untuk diketahui, tahun lalu masing-masing walikota Paris, Madrid, Athena, dan Mexico City merencanakan pelarangan mobil diesel yang beredar di kota pada 2025. Sebelum itu, 13 pemerintah Eropa dan Amerika Serikat juga mengumumkan rencana untuk melarang semua mobil berjenis bensin dan diesel pada 2050.

Dengan peraturan tersebut, menurut data JATO Dynamics, pada April 2017, secara keseluruhan pasar kendaraan di Eropa turun sebesar 7,1 persen. Namun, penjualan mobil Diesel justru turun lebih dari dua kali lipat, sebesar 15 persen.

Pada April tahun lalu, satu dari dua mobil yang terjual di Eropa adalah mobil diesel, tapi untuk tahun ini hal tersebut tidak berlaku. "Meskipun ada beberapa alasan untuk perubahan ini, semua bukti menunjukkan skandal Dieselgate sebagai awal dari penurunan ini," ujar analis otomotif global JATO Dynamics, Felife Munoz.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya