Qatar Diisolasi, Iran Kirim Bantuan Makanan Lewat Udara dan Laut

Maskapai nasional Iran mengonfirmasi pengiriman lima pesawat berisi makanan ke Qatar.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 11 Jun 2017, 19:48 WIB
Maskapai Iran Air (AP Photo/Vahid Salemi)

Liputan6.com, Teheran - Maskapai nasional Iran mengonfirmasi pengiriman lima pesawat berisi makanan ke Qatar pada Minggu waktu setempat. Kebijakan itu diambil beberapa hari setelah Arab Saudi Cs menerapkan blokade udara dan darat terhadap Qatar di tengah krisis diplomatik yang meningkat.

"Sejauh ini lima pesawat yang membawa barang makanan seperti buah dan sayuran telah dikirimkan ke Qatar, masing-masing membawa 90 ton kargo, sementara pesawat lainnya akan menyusul," ujar Juru bicara Iran Air Shahrokh Noushabadi seperti dilansir Al Araby, Minggu (11/6/2017).

"Kami akan melanjutkan pengiriman selama ada permintaan dari Qatar," tambah Noushabadi tanpa menjelaskan lebih rinci apakah pengiriman makanan ini dikategorikan ekspor atau murni bantuan.

Sementara itu, tiga kapal berisi 350 ton makanan juga dijadwalkan akan berlayar menuju Qatar. Demikian laporan kantor berita Tasnim mengutip pernyataan seorang pejabat tanpa menyebut persis waktu keberangkatan kapal-kapal tersebut.

Pelabuhan Dayyer merupakan pelabuhan terdekat Iran menuju Qatar.

Qatar, berada pada pusaran krisis diplomatik terbesar selama beberapa dekade terakhir setelah Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Mesir, Mauritius, Mauritania, Yaman, Libya, dan Maladewa mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik.

Mereka menuding Doha mendukung ekstremisme dan menjalin hubungan baik dengan Iran, negara yang menjadi musuh bersama Arab Saudi Cs.

Iran sendiri telah mendesak Qatar dan negara-negara Teluk yang terlibat ketegangan untuk membuka dialog demi mengakhiri konflik. Di lain sisi, Teheran juga mengizinkan maskapai Qatar melakukan 100 kali penerbangan dalam sehari ke negaranya. Ini dilakukan pasca-blokade udara oleh Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.

Menurut kantor berita Iran, kebijakan tersebut memicu lalu lintas udara di Negeri Para Mullah itu meningkat 17 persen.

Pada Sabtu lalu, Amnesty International memperingatkan, warga sipil menderita "perasaan tertekan dan ketakutan" akibat perselisihan politik di kawasan Teluk.

"Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab mempermainkan kehidupan ribuan warga Teluk di tengah perselisihan mereka dengan Qatar, memisahkan keluarga, dan menghancurkan mata pencarian masyarakat serta pendidikan," ungkap James Lynch Wakil Direktur Isu Global Amnesty yang berada di Doha pekan ini.

"Bagi ribuan warga di seluruh kawasan Teluk, dampak dari langkah-langkah yang diberlakukan setelah pertikaian politik ini adalah penderitaan, tertekan, dan ketakutan," imbuhnya.

Ia menambahkan, "Tindakan drastis ini memiliki efek yang brutal, memisahkan anak dari orang tuanya, suami dari istrinya. Warga dari seluruh wilayah berisiko kehilangan pekerjaan, sementara pendidikan terganggu."

Amnesty International mengutip data Komite HAM Nasional Qatar yang menyebutkan, lebih dari 11.000 warga Bahrain, Arab Saudi, dan UEA tinggal di Qatar. Sementara banyak pula warga Qatar yang bermukim di tiga negara tersebut.

Organisasi pemerhati HAM tersebut turut menyinggung langkah keras Bahrain, Arab Saudi, dan UEA yang akan menghukum penjara dan mendenda siapa saja yang berani mengkritik kebijakan mereka atas Qatar.

"Menuntut siapa pun atas dasar tersebut akan menjadi pelanggaran jelas terhadap hak kebebasan berekspresi. Tidak seorang pun harusnya dihukum karena mengekspresikan pandangan mereka dengan damai atau mengkritik keputusan pemerintah," terang Lynch.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya