Kapolri Copot Kapolres Solok Karena Tak Tuntas Atasi Persekusi

Rosya dicopot lantaran dianggap tak tuntas menangani kasus persekusi yang terjadi pada dokter Fiera Lovita.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 03 Jun 2017, 16:34 WIB
Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto. (Liputan6.com/Hanz Jimenez Salim)

Liputan6.com, Jakarta - AKBP Susmelawati Rosya dicopot dari jabatannya sebagai Kapolres Solok Kota, Sumatera Barat. Pencopotan itu dilakukan oleh Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian lewat telegram rahasia yang ia terbitkan pada Jumat 2 Mei 2017.

Menurut Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto, Rosya dicopot lantaran dianggap tak tuntas menangani kasus persekusi yang terjadi pada dokter Fiera Lovita.

"Karena dianggap bahwa setelah bikin pernyataan dianggap selesai. Itu yang Bapak Kapolri tidak berkenan. Dia menganggap masalah ini ditangani tidak tuntas," ujar Setyo di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (3/6/2017).

Menurut Setyo, Kapolri tidak ingin ada aksi massa yang berujung main hakim sendiri. Sebab hal itu akan menimbulkan kegelisahan dan ketakutan di kalangan masyarakat, sehingga perlu ditangani serius.

"Karena persekusi ini menimbulkan ketakutan dampak yang luar biasa di berbagai daerah," ujar dia.

Setyo mengatakan, pelaku persekusi ini bisa dikenakan pasal penculikan.

Sebelumnya, Tito sudah mengancam mencopot Kapolres Solok bila takut melindungi warganya.

"Sudah saya sampaikan, kalau nanti penilaian Kapolres Solok saya anggap lemah, takut, ya saya ganti, ganti dengan yang berani dan tegas," tegas Tito.

Dokter Fiera Lovita di Solok mengaku diintimidasi dan mendapat tindakan persekusi dari sekelompok orang setelah mengunggah tulisan yang dinilai menghina pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab di laman Facebook-nya.

Kejadian bermula ketika Fiera mengunggah tiga status di Facebook pada 19-21 Mei 2017, terkait ulama yang belum juga memenuhi panggilan polisi.

Keesokannya, Fiera mengaku didatangi sekelompok anggota ormas yang memintanya segera meminta maaf tertulis di akun Facebooknya, sembari melancarkan ancaman.

Ia sempat beberapa kali melakukan pertemuan dengan kelompok masyarakat untuk meminta maaf. Namun, hal itu tak menghentikan aksi teror yang dialaminya hingga pada 29 Mei lalu, ibu dua anak ini meninggalkan Solok, dibantu dua anggota Banser dan GP Anshor Sumatera Barat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya