Bunga, Kado Obat dari Alam untuk Umat

Bunga yang merupakan kado dari alam buat manusia tidak mungkin tak dapat digunakan untuk kemaslahatan umat.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 04 Mei 2017, 13:30 WIB
Bunga yang merupakan kado dari alam buat manusia tidak mungkin tak dapat digunakan untuk kemaslahatan umat.

Liputan6.com, Jakarta Bunga telah digunakan sebagai obat rumahan atau herbal selama ribuan tahun. Tanaman yang memiliki warna indah dan aroma yang harum ini menyimpan rahasia medis untuk mengobati penyakit yang sepele sampai yang serius.

"Alam adalah ahli kimia yang luar biasa," kata Profesor Monique Simmonds, pakar tanaman yang telah melahirkan sejumlah terapi kesehatan menggunakan bunga.

Menengok kebiasaan orang-orang dulu, yang sulit menemukan paramedis untuk menyembuhkan penyakit yang sedang mereka derita, satu-satunya tindakan yang paling mungkin mereka lakukan adalah lari ke hutan, rawa-rawa, atau ke padang rumput demi mencari tanaman seperti misalnya bunga yang dapat dijadikan obat.

Mereka percaya, bunga yang merupakan kado dari alam buat manusia tidak mungkin tak dapat digunakan untuk kemaslahatan umat.

Setelah mereka coba dan ternyata ampuh ketika diterapkan di badan mereka, informasi dari mulut ke mulut pun jadi menyebar, dan berubah menjadi sebuah kepercayaan yang masih melekat sampai sekarang.

Sekitar 1930-an, seorang dokter yang menemukan terapi bunga Bach, Dr Edward Bach mulai bereksperimen menggunakan bunga sebelum akhirnya membuka praktik di kawasan Harley Street, London.

Edward percaya, setiap bunga memiliki getaran energi positif yang dapat menyembuhkan suatu penyakit, karena kemampuannya mengusir energi negatif.

Filosofi yang dimilikinya itu sampai hari ini masih diterapkan oleh Liliana Bellini dari Nelsons Hemeopathic Pharmacy, London. Liliana bahkan menyuling bunga agar bisa disesuaikan untuk mengatasi masalah pasiennya.

"Sekitar 60-70 persen pasien menunjukkan tanda-tanda adanya perubahan ke arah yang lebih baik setelah melakukan terapi bunga Bach selama beberapa minggu," kata Liliana seperti dikutip dari situs Net Doctor, Kamis (4/5/2017).

Liliana mengatakan, pasiennya sendiri yang merasakan bahwa setelah melakukan terapi bunga lebih mampu mengontrol amarahnya, lebih menerima akan penyakitnya, dan jauh lebih kuat dan tidak takut dalam menghadapi permasalahan kesehatan yang tengah dirasakannya.

Dari situ, Liliana percaya, bunga menyimpan kekuatan magis dalam melarutkan energi negatif yang memperlambat proses penyembuhan suatu penyakit.

Adapun jenis-jenis bunga yang dipakai oleh Lili selama terapi bunga Bach adalah, "Kenari, digunakan untuk menghilangkan rasa gugup pasien. Clematis, membantu pasien lebih konsentrasi. Plum ceri untuk menenangkan mereka, dan bunga kastanye putih yang dapat mendorong mereka agar mampu berpikir positif."

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya