Ditemukan, Catatan soal Komet Penyebab Malapetaka di Kuil Purba

Entah komet atau bukan, secara umum masa Dryas Muda dipercaya amat mengacaukan kemajuan manusia saat itu.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 28 Apr 2017, 14:15 WIB
Ilustrasi tiang-tiang di kompleks kuil Göbekli Tepe. (Sumber Wikimedia/Zhengan dan Wikimedia/Teomancimit)

Liputan6.com, Edinburgh - Sekitar 12.800 tahun lalu, Bumi mendadak mengalami zaman es mini. Alasannya hingga kini belum diketahui. Salah satu teori yang mengemuka adalah adanya bencana yang diakibatkan oleh tubrukan sebuah komet ke Bumi.

Baru-baru ini, para ahli arkeologi menemukan catatan pengamatan yang tertera pada sebuah kuil purba di Turki.

Di penghujung Masa Pleistosen, suhu Bumi mendadak terjun bebas hingga selama 1.300 tahun, terutama di belahan utara planet.

Kondisi "Kebekuan Besar" yang oleh para ilmuwan disebut dengan Dryas Muda tersebut diduga mulai ketika arus alamiah Samudra Atlantik Utara mendadak tersumbat oleh limpahan dadakan air tawar yang dingin.

Seperti dikutip dari New Atlas, Jumat (28/4/2017), teori lain menyebutkan bahwa tabrakan kometlah yang menjadi penyebabnya. Bebatuan dan es yang membentuk permukaan Bumi merupakan kapsul waktu yang dapat diandalkan untuk mengetahui riwayat geologis dan iklim planet kita.

Pada 2014, para peneliti menemukan lapisan berlian-berlian kecil berkaitan dengan masa Dryas Muda.

Berlian-berlian berukuran nano itu hanya mungkin terbentuk dalam suhu dan tekanan ekstrem, misalnya saat komet menghujam Bumi.

Lapisan berlian nano lainnya yang diketahui manusia ada di perbatasan Cretaceous-Tersier, yaitu ketika asteroid memusnahkan dinosaurus.

Jadi apa hubungannya dengan kuil purba di Turki masa kini? Ternyata, ukiran-ukiran yang ditemukan di sana membantu mendamaikan debat. Para ahli arkeologi yang mempelajari Gobekli Tepe berpendapat bahwa mereka telah menemukan catatan kejadian bencana diukirkan di sebuah tiang yang dikenal sebagai Batu Vulture.

Ukiran itu diduga diberi tarikh waktu yang dekat dengan saat kejadian bencana tersebut. Bukti yang ada menengarai bahwa situs itu pernah dipakai sebagai obsevatorium.

Beberapa simbol lain di sana mengungkapkan kemungkinan dampak bencana itu pada manusia saat itu.

Batu tersebut dihiasi dengan gambar-gambar sejumlah hewan yang sepertinya seirama dengan konstelasi Zodiak.

Lalu, ada seperangkat simbol di puncak tiang dan sepertinya menunjuk pada suatu titik waktu tertentu, sesuai dengan saatnya matahari ada di "dalam" konstelasi itu.

Dengan menggunakan Stellarium, yaitu suatu perangkat lunak (software) pelacak bintang, para peneliti berhasil menduga-duga tampakan langit ketika Gobekli Tepe masih dipergunakan.

Konstelasi bintang di atas langit Göbekli Tepe menurut rekaan perangkat lunak komputer. (Sumber Stellarium/Martin Sweatman)

Jika penafsirannya benar, tanggal yang tertera pada Batu Vulture adalah 10.950 SM, dekat dengan perkiraan mulainya masa Dryas Muda pada 10.890 SM.

Penelitian sebelumnya mengaitkan situs purba itu dengan komet-komet dan meteor-meteor. Ada suatu simbol yang oleh para peneliti disebut mirip dengan hujaman sebuah komet ke permukaan tanah.

Lalu ada gambar seorang pria tak berkepala di tiang itu. Menurut para peneliti, gambar itu diduga melambangkan kebinasaan manusia akibat tumbukan itu dan perubahan iklim yang kemudian mengikuti peristiwa tersebut.

Sebelum ini, entah komet atau bukan, secara umum masa Dryas Muda dipercaya amat mengacaukan kemajuan manusia saat itu.

Martin Sweatman dari University of Ediburgh adalah selah satu penulis penelitian yang telah terbit dalam the jurnal Mediterranean Archaeology and Archaeometry itu.

Menurutnya, "Sepertinya Gobekli Tepe juga menjadi observatorium pemantuan angkasa di malam hari. Salah satu tiangya diduga menjadi memorial kejadian bencana itu, yang mungkin saja menjadi yang terburuk dalam sejarah sejak Zaman Es."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya