Erdogan: Kami Menggelar Referendum Paling Demokratis!

Presiden Turki menolak tuduhan referendum di Turki penuh kecurangan. Ia malah menyebut jajak pendapat di Turki paling demokratis.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 18 Apr 2017, 11:49 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melambaikan tangan kepada pendukungnya dalam referendum Turki (AP Photo/Lefteris Pitarakis)

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan kepada para pengawas pemilu internasional untuk tahu "posisi mereka". Keterangan tersebut ia lontarkan untuk membalas kritikan usai referendum.

Pemungutan suara di Turki digelar untuk mengubah konstitusi dari sistem parlementer menjadi presidensial eksekutif.

Dalam referendum tersebut Erdogan menang tipis. Hanya 51,4 persen rakyat Turki yang menyetujui perubahan konstitusi.

Hasil ini ditanggapi Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE). Mereka menyatakan, referendum tersebut jauh dari standar internasional.

Mengetahui ia dikritik, Erdogan tak mau ambil pusing. Dia mengatakan, Barat memang sengaja menargetkan serangan kepada dirinya.

"Turki tidak akan melihat dan mendengar atau mempedulikan laporan OSCE, saya lihat penolakan perubahan konstitusi yang disuarakan peninjau dari OSCE dan beberapa negara Eropa lebih nyaring di banding oposisi yang ada di Turki," sebut Erdogan seperti dikutip dari ABC, Selasa (18/4/2017).

"Kami terus berjalan di jalur kami, kalian lebih baik diam. Negara ini sudah melakukan jajak pendapat paling demokratis yang tidak terlihat di negara Barat mana pun," tambah dia.

Selain OSCE, kritikan tajam keluar dari dua negara besar di Benua Biru, yaitu Jerman dan Prancis. Mereka menduga ada penyimpangan dalam referendum.

Erdogan pun didesak untuk menggelar dialog dengan kelompok oposisi. Perundingan diharapkan bisa terjadi sesegera mungkin karena Turki saat ini terlihat semakin terbelah.

"Hasil yang tipis tersebut menunjukan adanya perpecahan dalam masyarakat Turki," sebut Kanselir Jerman Angel Merkel.

Sementara itu, Presiden Prancis Francois Hollande mencemaskan kemenangan Erdogan dalam referendum dapat membuat Turki kembali menerapkan hukuman mati.

Jika negara tersebut kembali memulihkan hukuman mati, Hollande menyatakan, Turki telah memperlihatkan ketidakhormatan mereka akan hak asasi manusia.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya