Liputan6.com, Sibolga - Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana tiba untuk kunjungan kerja di Tapanuli Tengah. Pesawat Kepresidenan RJ-85 yang membawa Presiden Jokowi dan Iriana bersama rombongan tiba di Bandara Dr Ferdinand Lumban Tobing, Pinang Sori, Kabupaten Tapanuli Tengah, pada pukul 18.22 WIB kemarin malam.
Jokowi ke Tapanuli Tengah melanjutkan kunjungan kerjanya usai meninjau Waduk Sei Gong dan menyerahkan Kartu Indonesia Pintar, Pemberian Makanan Tambahan, Program Keluarga Harapan dan Kartu Indonesia Sehat di Kantor Kecamatan Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau.
Advertisement
Di Tapanuli Tengah, Jokowi dan Ibu Iriana bermalam di Kota Sibolga, Ibu Kota Kabupaten Tapanuli Tengah. Sementara hari ini, Jumat (24/3/2017), Jokowi kunjungan kerja menuju Kecamatan Barus, untuk meresmikan Tugu Titik Nol Islam Nusantara dan juga membagikan makanan tambahan (PMT).
Turut menyertai Jokowi dan Ibu Iriana dalam penerbangan dari Batam menuju Tapanuli Tengah adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dan Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki.
Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Hendri Susanto Tobing, mengatakan bahwa kedatangan Presiden Jokowi merupakan momentum luar biasa karena dapat memonumentalkan peradaban titik nol agama di Indonesia.
"Doa kami terjawab atas kedatangan Presiden Jokowi ditandai meresmikan titik nol peradaban penyebaran agama di seluruh Indonesia, mulai dari Barus," kata Hendri seperti dikutip dari Antara.
Dia mengungkapkan, berdasarkan sejarah penyebaran agama di seluruh Indonesia, terutama Muslim, Nasrani, Hindu, Budha dari Tapanuli Tengah dan ada situs yang membuktikan itu.
"Untuk muslim ada situs Mahligai, Situs Papan Tinggi yang menyebarkan Islam kira-kira abad kelima masehi. Diikuti perkembangan selanjutnya yang masuk melalui Timur Tengah melalui Tapanuli Tengah ke seluruh nusantara," kata Hendri.
Dia mengungkapkan, Barus ini dulunya merupakan bandar yang besar sehingga banyak saudagar dari Timur Tengah masuk dan menyebarkan agama ke seluruh Nusantara.
Monumen yang memiliki tiga tiang penyangga bola dunia ini memiliki filosofi adat batak yang menjadi kearifan lokal masyarakat adalah Adat Dalihan Na Tolu.
Hendri mengungkapkan Dalihan Na Tolu yang berarti tungku yang berkaki tiga merupakan filosofi kedua dalam kehidupan masyarakat Batak esensinya terbagi tiga, yaitu Somba marhula-hula (Tulang), Elek marboru (Boru), dan Manat mardongan tubu (Semarga) yang tentunya memiliki hak dan kewajiban terstruktur dan bersifat tetap.
Somba Marhula-hula merupakan istilah pertama yang bermakna bahwa kita harus menghormati hula-hula kita yang merupakan saudara laki-laki dari pihak istri.
Istilah kedua adalah Elek Marboru yang bermakna kelemah-lembutan dalam bersikap terhadap boru perempuan yang merupakan saudara perempuan kita.
Dan istilah ketiga adalah Manat Mardongan Tubu yang berarti bahwa kita harus akur terhadap saudara yang semarga.