Kapasitas Baterai Ini Berkurang 1 Persen per 1.000 Kali Pengisian

Tim peneliti merancang baterai yang hanya kehilangan satu persen dari kapasitas aslinya untuk setiap seribu kali siklus pengisian.

oleh M Hidayat diperbarui 13 Feb 2017, 12:40 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti dari Harvard John A. Paulson School of Engineering and Applied Sciences telah mengembangkan baterai mengalir baru yang menyimpan energi dalam molekul organik terlarut di dalam air dengan pH netral. Hal ini memungkinkan baterai itu memiliki sifat nontoksik dan nonkorosif dengan siklus hidup sangat panjang dan menawarkan potensi untuk mengurangi biaya produksi secara signifikan.

Penelitian yang dipublikasikan di ACS Energi Letters itu dipimpin oleh para profesor di bidang teknologi material dan energi, profesor di bidang kimia, dan profesor di bidang sains material.

Garis besarnya, baterai mengalir tersebut menyimpan energi dalam larutan cair di tangki eksternal. Makin besar tangki, makin banyak energi yang tersimpan. 

Selain itu, baterai tersebut diklaim dapat menjadi sebuah solusi penyimpanan yang menjanjikan untuk energi terbarukan dan intermiten layaknya angin dan matahari, tetapi baterai jenis tersebut untuk saat ini masih sering mengalami penurunan kapasitas penyimpanan energi setelah melalui banyak siklus pengisian, sehingga elektrolitnya membutuhkan perawatan berkala supaya kapasitas tersebut kembali utuh.

Dengan cara memodifikasi struktur molekul yang digunakan di dalam larutan elektrolit positif dan negatif, dan membuat mereka larut dalam air, tim peneliti mampu merancang baterai yang hanya kehilangan satu persen dari kapasitas aslinya untuk setiap seribu kali siklus pengisian.

"Baterai jenis lithium ion bahkan tak mampu bertahan hingga seribu kali pengisian," kata Michael Aziz, salah satu profesor yang terlibat di penelitian ini, sebagaimana dikutip dari keterangan resminya, Senin (13/2/2017).

"Karena kami mampu melarutkan elektrolit dalam air netral, ini adalah baterai tahan lama yang dapat Anda tempatkan di ruang bawah tanah Anda," ujar Roy Gordon, salah satu profesor lainnya. "Jika tumpah di lantai, baterai tidak akan merusak beton, dan karena medianya bersifat nonkorosif, Anda dapat menggunakan bahan yang lebih murah untuk membuat komponen baterai tersebut, seperti tangki dan pompa."

Penurunan biaya produksi ini dinilai sangat penting. Departemen Energi Amerika Serikat telah menetapkan target untuk merancang baterai yang dapat menyimpan energi dengan biaya kurang dari US$ 100 (sekitar Rp 1,3 jutaan) untuk setiap satu KWH. Hal ini akan membuat energi surya dan angin menjadi kompetitif dengan energi yang dihasilkan dari sumber listrik tradisional.

(Why/Ysl)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya