GMNI: 2016 Lahirkan Ancaman Persatuan NKRI

GMNI menilai sepanjang 2016, cukup banyak permasalahan intoleransi yang berpotensi memecah belah keutuhan NKRI.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 30 Des 2016, 02:11 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) menilai sepanjang tahun 2016, cukup banyak permasalahan intoleransi yang berpotensi memecah belah keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itu, PA GMNI bertekad mempertahankan NKRI.

"Selama tahun 2016 ini, hiruk pikuk bangsa ini telah melahirkan ancaman bagi persatuan NKRI. Kami alumni GMNI bertekad untuk mempertahankan NKRI," ungkap Sekretaris Jenderal DPP PA GMNI Ugik Kurniadi di Jakarta, Kamis (29/12/2016).

"Kami dari PA GMNI menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya bagi Dewan Pakar, sehingga acara hari ini bisa digelar dan memberikan rekomendasi kepada bangsa dan negara," jelas Ugik.

Sementara itu, Ketua Dewan Pakar Nasional PA GMNI Theo L Sambuaga saat menjadi pembicara utama mengingatkan kepada seluruh komponen bangsa untuk memegang teguh pada Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, kata Theo, sejumlah perundang-undangan perlu terus diperbaiki secara konsisten. Hal itu bertujuan agar tetap sejalan dengan Pancasila dan konstitusi.

"Kita juga harus berani mengoreksi diri dengan cara menghilangkan praktik-praktik yang mengkhianati prinsip Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya.

Theo menyebut, perbedaan yang ada di bangsa ini haruslah dihormati. "Kita jadikan perbedaan itu sebagai energi untuk hidup bersama, bukan sebagai konflik," Theo menutup.

Dalam acara ini, terdapat dua sesi seminar dengan tema ekonomi dan politik. Seminar pun diisi oleh berbagai narasumber seperti Menko Perekonomian Darmin Nasution yang diwakili Sesmenko Lukita D Tuwo, Hiras Tobing, dan Prasetyono Widjojo Malangyoedho.

Lalu ada pula Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang diwakili Dirjen Otda Sumarsono, Harjono, Makarim Wibisono, Pataniari Siahaan, dan Eros Djarot. Acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh di antaranya Sukmawati Soekarnoputri dan Eva Kusuma Sundari.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya