3 Serba Kebetulan Kebakaran Pasar Tradisional di Semarang

Sejumlah fakta serba kebetulan itu menerbitkan kecurigaan.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 19 Nov 2016, 12:31 WIB

Liputan6.com, Semarang - Polisi terus menyelidiki kebakaran yang menghanguskan ratusan lapak pedagang Pasar Waru Semarang pada Jumat malam, 18 November 2016. Wakil Wali Kota Semarang juga sudah memerintahkan Dinas Pasar untuk segera menginventarisasi potensi ancaman kebakaran sejumlah pasar di Kota Semarang.

Kebakaran kali ini sesungguhnya sudah merupakan kebakaran yang ketiga kali dalam lima tahun terakhir. Rencananya, pasar tersebut akan direnovasi pada akhir 2017 dengan anggaran hingga Rp 15 miliar.

Berikut tiga fakta yang dihimpun dari tiga kali kebakaran Pasar Waru dan pasar lain di Semarang sejak 2011.

1. Terjadi di Akhir Pekan

Entah suatu kebetulan atau tidak, kebakaran pasar di Semarang selalu terjadi pada akhir pekan. Jika bukan terjadi pada Jumat, pasti terjadi pada Sabtu. Selain itu, jam awal kejadian juga hampir sama, yakni antara jam 18.00 hingga jam 20.00.

Pada kebakaran Pasar Waru yang pertama terjadi pada Jumat, 20 Mei 2011. Kemudian, kebakaran kedua pada Sabtu, 11 Juni 2011. Yang terakhir pada Jumat, 18 November 2016.

Fakta yang sama juga ditemukan dalam kebakaran Pasar Johar. Pasar induk Kota Semarang juga terbakar di akhir pekan, yakni Sabtu, 9 Mei 2015 sekitar pukul 20.00 WIB. Demikian pula Pasar Yaik Semarang yang terbakar pada Sabtu, 27 Februari 2016, dan Pasar Kanjengan pada Sabtu, 18 Juni 2016.

Keanehan ini juga sempat dikomentari Wakil Wali Kota Semarang Hevearita G. Rahayu. "Kebakaran pasar kok selalu antara Jumat sampai Minggu. Entahlah," kata Hevearita kepada Liputan6.com.

2. Asal Api dari Tengah

2. Asal Api dari Tengah

Sejumlah kebakaran pasar yang tergolong besar dipastikan asal api dari titik tengah pasar. Titik tengah pasar itu pun selalu yang memiliki lorong sempit, sehingga menyulitkan pemadaman dengan segera.

Wakil Wali Kota Semarang Hevearita G. Rahayu maupun Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi selama menjabat selalu meminta Dinas Pasar untuk bekerja sama dengan PLN dan menjadwalkan rutin pengecekan instalasi listrik di pasar-pasar yang ada.

Namun sejauh ini, Dinas Pasar lebih bersikap reaktif ketika terjadi kebakaran. Ketika situasi biasa, pengecekan tidak dilakukan.

"Saya dan Mas Hendi selaku Wali Kota selalu meminta Dinas Pasar rutin mengecek, tapi entahlah," kata Wakil Wali Kota.

Instruksi pengecekan itu dilakukan karena hasil laboratorium forensik lebih sering menyebutkan hubungan arus pendek listrik sebagai penyebab.

3. Saat Hendak Direnovasi

Fakta terakhir adalah kebakaran yang menimpa pasar tradisional merupakan pasar-pasar yang potensial menjadi pesaing pasar modern jika ditata rapi. Karena itu, sejumlah pasar tradisional itu kemudian diprogramkan untuk direnovasi.

Uniknya, pasar-pasar yang potensial menjadi kompetitor pasar modern ini selalu terbakar ketika sudah masuk perencanaan. Contohnya Pasar Waru dan Pasar Johar, meskipun program renovasi masih lama.

"Yang menyakitkan, selalu ada tuduhan bahwa pasar tersebut sengaja dibakar. Ketika Pasar Yaik terbakar, ada pengguna medsos yang menuding, dan kami sikapi dengan melaporkan ke polisi," kata Ita, panggilan akrabnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya