Dolar AS Perkasa Bikin Harga Emas Turun Tipis

Penguatan dolar AS "memaksa" investor asing membayar lebih mahal untuk beli emas.

oleh Agustina Melani diperbarui 17 Nov 2016, 06:40 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas berbalik arah melemah seiring dolar Amerika Serikat (AS) naik ke level tertinggi dalam 13 tahun.

Harga emas untuk pengiriman Desember turun 0,1 persen ke level US$ 1.2223,90 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Harga emas sempat di level tertinggi US$ 1.230 per troy ounce pada awal sesi. Harga perak untuk pengiriman Desember turun 0,7 persen ke level US$ 16,92 per troy ounce.

Indeks dolar AS diperdagangkan di kisaran 100,57, dan merupakan level tertinggi sejak April 2003. Penguatan dolar AS memaksa investor asing bayar lebih besar untuk beli emas.

Investor hadapi tekanan harga logam dalam beberapa pekan terakhir seiring data ekonomi AS membaik. Hal itu membuat spekulasi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga pada Desember. Ditambah ketidakpastian memudar setelah pemilihan presiden AS.

Beberapa investor pun masuk ke emas seiring aset investasi aman di tengah pasar diliputi gejolak. "Setelah penurunan delapan persen dari level tertinggi baru-baru ini membuat harga emas menarik di level ini," ujar Bob Haberkom, Broker RJO Futures, seperti dikutip dari Wall Street Journal, Kamis (17/11/2016).

Ia menuturkan, investor akan salah beli emas jika merasa harganya murah. Hal itu lantaran dolar AS terlalu menguat.

Sementara itu, Analis Capital Economics mengatakan, harga logam dapat meningkat seiring pertumbuhan global dan perdagangan proteksionis sehingga mendongkrak harga konsumen. Emas cenderung menarik minat pelaku pasar selama terjadi inflasi.

Selain itu, ketidakpastian politik di zona Euro pun memicu minat terhadap aset investasi aman termasuk emas. Italia akan menggelar referendum pada 4 Desember yang dapat goyang pemerintah. Sedangkan Prancis, Jerman dan Belanda akan gelar pemilihan umum (pemilu) tahun depan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya