Apa Kata Pakar Kesehatan Lingkungan soal Gerakan Basmi Tikus?

Pakar kesehatan lingkungan merespons positif Gerakan Basmi Tikus. Apa sebabnya?

oleh Benedikta Desideria diperbarui 19 Okt 2016, 16:00 WIB
Seekor tikus saat terjebak di sebuah lubang bagian bawah tong sampah di Brooklyn, New York, Amerika Serikat, (18/10). Tikus tersebut terlihat kesusahan melepaskan diri dari lubang tong sampah. (REUTERS/Lucas Jackson)

Liputan6.com, Jakarta Gerakan Basmi Tikus yang sedang dimatangkan aturannya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mendapat respons positif dari pakar kesehatan lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, DR Budi Haryanto, SKM, MSPH, MSc. Menurutnya, penangkapan tikus berpotensi menurunkan masalah kesehatan yang disebabkan oleh hewan pengerat ini.

"Kalau dilihat dari sisi kesehatan, (Gerakan Basmi Tikus) ini bagus. Karena tikus ini kan pembawa bakteri leptospira dalam urinenya yang menyebabkan penyakit leptospirosis," tutur Budi saat dihubungi Health-Liputan6.com pada Rabu (19/10/2016).

Menurutnya, penduduk Jakarta masih rentan terkena leptospirosis. Terlebih pada saat banjir, selalu terjadi peningkatan kasus orang tertular penyakit yang ditandai dengan demam, menggigil, kulit mengalami pendarahan, sakit perut, dan nyeri otot ini. Menurut Budi, lewat Gerakan Basmi Tikus paling tidak berkurang orang yang tertular penyakit ini. 

"Jakarta kan sering banjir, maka urine akan mengambang di air. Nah pada saat kebanjiran itulah bakteri leptospira bisa masuk ke tubuh terluka yang terendam banjir. Tapi lewat gerakan ini diharapkan bisa berkuranglah (jumlah kasus leptospirosis)," tutur pria yang juga peneliti di Pusat Riset Perubahan Iklim UI ini. 

Program Gerakan Basmi Tikus ini pertama kali diungkapkan oleh Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat. Gerakan tersebut menjanjikan insentif Rp 20 ribu untuk setiap tikus yang ditangkap.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya