STORY: Balada di Ujung Muara

JEJAK - Pohon tua mati berada di lokasi Pantai Beting Muara Gembong menjadi artefak bahwa dulunya daratan dan lautan mempunyai jarak

oleh Fery Pradolo diperbarui 14 Sep 2016, 08:00 WIB
20160914 STORY: Balada di Ujung Muara
JEJAK - Pohon tua mati berada di lokasi Pantai Beting Muara Gembong menjadi artefak bahwa dulunya daratan dan lautan mempunyai jarak
JEJAK - Pohon tua mati berada di lokasi Pantai Beting Muara Gembong menjadi artefak bahwa dulunya daratan dan lautan mempunyai jarak, tapi kini bibir lautan dan daratan telah menyatu. (Liputan6.com/Gempur M Surya)
TANDA - Musim hujan atau panas tak berpengaruh saat pertengahan bulan purnama menjadi tanda naiknya air laut menyapu beberapa kawasan di Muara Gembong. (Liputan6.com/Gempur M Surya)
LELUHUR - Banjir datang tanpa undangan musim penghujan. Kala keindahan purnama datang membawa pesona, ketika itu pula air meluap dan menutup jejak-jejak para tetua Leluhur menyatu dengan laut. Hanya pucuk nisan yang menandai tempat itu adalah pemakaman.
RUMAH - Jarak lepas pantai Laut Jawa dengan lokasi pemukiman warga sekitar satu kilometer. Tak ada batas lagi antara pemukiman dengan laut. Pada saat air laut pasang, air mencapai teritisan rumah warga, bahkan masuk ke dalam rumah.
MENYESAL - Air laut telah merendam habis. Penyesalan lagi penyesalan, alam murka kepada manusia sehingga rahmat berubah menjadi bencana. Sedikit warga yang sadar dan berusaha untuk menanam Mangrove untuk Mencegah Erosi dan Abrasi Pantai.
TERDAMPAR - Kapal sampan yang tadinya dipakai untuk menengok hasil tambak kini terdampar di halaman rumah warga terdampak abrasi. (Liputan6.com/Gempur M Surya)
HARAPAN - Kerusakan yang disebabkan oleh warga untuk membuat tambak harus dibayar mahal dan membutuhkan waktu cukup lama, saat ini hanya bertahan dan berusaha serta memperbaiki alam sambil menjalahi kehidupan yang lebih baik. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya