Belasungkawa Para Pemimpin Dunia atas Tragedi Penembakan Orlando

Simpati bagi korban dan keluarga serta kutukan bagi pelaku aksi penembakan Orlando mengalir dari berbagai penjuru dunia.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 13 Jun 2016, 15:02 WIB
FBI melakukan olah TKP di halaman belakang klub malam gay Pulse di Kota Orlando, Florida, AS, Minggu (12/6). Penembakan brutal yang dilakukan Omar Mateen di klub tersebut menewaskan 50 orang dan melukai 53 lainnya. (Joe Raedle/Getty Images/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Dunia berduka atas tragedi penembakan di Orlando, Amerika Serikat (AS). Dari Rusia hingga Brasil. Dari Istana Buckingham hingga Vatikan, para pemimpin dunia menyatakan belasungkawa mendalam bagi korban dan mengutuk aksi brutal pelaku yang bernama Omar Mateen.

Di Tel Aviv, Israel bendera pelangi -- bendera simbol LGBT -- berkibar di Balai Kota berdampingan dengan bendera AS dan Israel. Sementara di Madrid, Roma, Paris, dan Sao Paolo orang-orang berkumpul sembari memegang spanduk dan bendera pelangi, tak ketinggalan mereka juga menyalakan lilin.

Komentar cukup keras datang dari Pakistan. Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif mengatakan ia bersimpati dengan peristiwa yang disebutnya 'tindakan terorisme yang mengerikan' dan 'tindakan biadab yang tidak termaafkan'.

 

"Ini bertentangan dengan prinsip pluralisme, toleransi dan kemanusiaan yang telah kita perjuangkan," katanya.

"Ini tidak mewakili kehendak mayoritas Muslim. Hal ini hanya representasi lain dari kanker radikalisasi -- satu hal yang akan kami perangi setiap hari," imbuhnya.

Meski dikenal kerap memiliki sikap politik berseberangan, namun Rusia yang diwakili Presiden Vladimir Putin juga menyatakan belasungkawanya. "Rakyat Rusia berbagi rasa sakit dan kesedihan dengan mereka yang kehilangan keluarga dan orang yang dicintai dalam kejahatan biadab ini," tegasnya.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, juga mengekspresikan belasungkawanya, mengatakan bahwa ia 'shock' dengan peristiwa itu.

Dari Eropa Barat, Presiden Prancis, Francois Hollande mengutuk pembunuhan di Orlando, ia mengekspresikan dukungan penuh Perancis untuk rakyat Amerika. Perdana Menteri Inggris, David Cameron mengatakan dia 'ngeri' dengan peristiwa itu dan menyatakan berduka bagi keluarga korban.

Ucapan simpati atas peristiwa berdarah itu juga datang dari Ratu Elizabeth II. "Pangeran Philip dan saya telah dikejutkan dengan peristiwa yang terjadi di Orlando. Simpati dan doa kami untuk mereka yang terkena dampak," ujar sang ratu dalam pernyataan resmi yang disampaikan Istana Buckingham.

Dari Vatikan, Paus Francis juga menyampaikan simpatinya, mengatakan bahwa doanya mengiringi keluarga korban tewas dan terluka.

Sementara itu, mantan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai yang tengah berada di Washington dalam rangka menghadiri pemakaman Muhammad Ali mengutuk penembakan Orlando, menyebutnya sebagai tindakan yang 'melampaui atas kemanusiaan dan kesusilaan'.

"Kami mengutuk peristiwa anti-kemanusiaan itu. Duka saya tertuju kepada keluarga korban dan warga AS. Kami di Afghanistan tahu apa artinya kehilangan warga sipil; kami tahu ini sangat sakit," ujar Karzai.

Namun Karzai menolak untuk mengomentari dugaan adanya keterkaitan antara pelaku penembakan Orlando, Omar Matten dengan kelompok Islam radikal di Afghanistan.

Isu Penembakan Pengaruhi Suhu Pilpres AS? 

Hillary Clinton dan Donald Trump (Reuters)

Negeri Paman Sam pada November mendatang akan menyelenggarakan pesta demokrasi pemilihan umum presiden. Dua calon kandidat presiden AS, Hillary Clinton dan Donald Trump hampir dipastikan akan bertemu untuk memperebutkan kursi menuju Gedung Putih.

Sejumlah pihak menilai peristiwa penembakan di sebuah klub LGBT itu akan menjadi isu yang mempengaruhi situasi dalam kampanye pilpres.

Anggota Kongres Brasil, Jean Wyllys -- seorang anggota parlemen gay yang terkenal di negara itu -- mengutuk homophobia dan mengatakan negerinya juga berhadapan dengan isu serupa. Namun Wyllys berharap, bahwa isu itu tidak 'dimainkan' dalam kampanye pilpres AS.

"Kami berharap bahwa serangan di AS tidak akan berfungsi untuk menstigmatisasi Islam atau imigran dari Timur Tengah yang akan tinggal di sana," tulisnya.

"Termasuk oleh Donald Trump yang dikenal sebagai penghasut dan akan memanfaatkan isu ini untuk mendapat dukungan sayap kanan AS, yang dikenal homophobia dan xenophobia," tegasnya.

Seorang profesor di Departemen Hubungan Internasional di University of Rio de Janeiro, Mauricio Santoro, mengatakan tragedi itu akan memanaskan situasi debat di AS, baik debat kepemilikan senjata maupun debat pilpres.

"Jelas ini semua akan menghasilkan perdebatan yang sangat panas dalam kampanye presiden kali ini yang sudah sangat tegang, sangat terpolarisasi. Ini adalah saat ketegangan besar di Amerika Serikat," katanya kepada Globo TV.

Duta Besar Israel untuk AS, Michael Oren, juga turut menyampaikan belasungkawanya melalui Twitter. Lalu dalam sebuah wawancara langsung di TV Israel, Oren, yang kini menjadi anggota parlemen Israel, mengatakan bahwa penembakan di Orlando pasti akan membantu calon kandidat presiden AS, Donald Trump dalam kampanye pemilihannya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya